Program Makan Bergizi Gratis Saat Ramadan: Apakah Aman Dibawa Pulang?

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan tetap berjalan selama bulan ramadan dengan beberapa penyesuaian mekanisme. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan bahwa selama ramadan, makanan akan disiapkan untuk dibawa pulang oleh siswa. Hal ini memungkinkan siswa yang berpuasa bisa tetap mengonsumsi MBG saat berbuka puasa. Namun, dengan kebijakan makanan MBG yang dibawa pulang, muncul pertanyaan besar apakah makanan MBG tersebut akan tetap aman dikonsumsi setelah beberapa jam disimpan di luar kendali pengelola program?

Perubahan Mekanisme MBG Selama Ramadan

Biasanya, makanan dalam program MBG disajikan dan dikonsumsi langsung di sekolah, sehingga aspek penyimpanan dan keamanan pangan dapat lebih terkontrol. Namun, dengan kebijakan makanan dibawa pulang selama ramadan, ada beberapa perubahan mendasar dalam mekanisme penyelenggaraannya, di antaranya:

1. Perencanaan Menu

Menu makanan harus disesuaikan agar memiliki daya simpan lebih lama tanpa mengalami penurunan kualitas. Makanan yang mudah rusak seperti olahan susu segar atau makanan berkuah perlu digantikan dengan alternatif yang lebih stabil, seperti kurma, susu UHT, buah, dan telur rebus. Selain itu, pemilihan bahan makanan juga harus mempertimbangkan nilai gizi agar tetap memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi siswa yang sedang menjalankan ibadah puasa.

2. Distribusi dan Logistik

Kemasan makanan juga diperhatikan untuk memastikan ketahanan pangan selama perjalanan, dengan tambahan kantong totebag. Pemilihan bahan kemasan harus mempertimbangkan efisiensi dan kemudahan distribusi. Kemasan yang kedap udara dan tahan terhadap perubahan suhu dapat membantu menjaga kesegaran makanan lebih lama. Selain itu, distribusi harus dilakukan dalam waktu yang tepat agar makanan tidak terpapar suhu lingkungan dalam jangka waktu yang lama, yang dapat meningkatkan risiko kontaminasi bakteri.

3. Penyimpanan di Rumah

Tidak semua siswa memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai, seperti lemari pendingin atau wadah kedap udara. Ini menjadi tantangan besar dalam memastikan makanan tetap layak konsumsi saat berbuka puasa. Oleh karena itu, perlu ada panduan bagi siswa dan orang tua mengenai cara penyimpanan yang baik agar makanan tetap aman dikonsumsi. Misalnya, makanan harus disimpan di tempat sejuk dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Selain itu, makanan yang mudah rusak sebaiknya segera dikonsumsi begitu waktu berbuka tiba.

Distribusi makanan harus dilakukan secara tepat waktu agar makanan tetap dalam kondisi layak konsumsi saat tiba di rumah siswa. Oleh karena itu, petugas yang terlibat dalam MBG perlu memastikan bahwa proses pengemasan dan pendistribusian mengikuti standar kebersihan yang ketat.

Daya Simpan Makanan Tahan Sampai Waktu Berbuka?

Salah satu aspek krusial dalam mekanisme MBG selama ramadan adalah daya simpan makanan. Dalam kondisi normal, makanan yang didistribusikan dan dikonsumsi dalam waktu singkat memiliki risiko lebih rendah mengalami kerusakan. Namun, dengan adanya selang waktu yang lebih panjang hingga berbuka, perlu diperhatikan beberapa faktor:

1. Jenis Makanan yang Dipilih

Menurut penelitian, makanan dengan kadar air tinggi lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, makanan dengan kadar air rendah seperti roti gandum, telur rebus, atau kurma menjadi pilihan lebih aman dibandingkan makanan berkuah atau berbasis susu segar. Selain itu, makanan dengan kandungan antioksidan alami, seperti buah-buahan tertentu yang tidak mudah busuk, juga dapat digunakan.

2. Pengemasan yang Tepat

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pengemasan yang baik dapat mengurangi risiko paparan bakteri dan zat berbahaya. Penggunaan kemasan vakum atau wadah kedap udara dapat memperpanjang masa simpan makanan dengan mengurangi paparan oksigen yang memicu pertumbuhan mikroorganisme. Plastik food grade dan kemasan biodegradable juga bisa menjadi pilihan yang lebih aman dan ramah lingkungan.

3. Suhu Lingkungan

WHO juga menyebutkan bahwa makanan yang disimpan dalam suhu di atas 30°C selama lebih dari 4 jam berisiko tinggi mengalami kontaminasi bakteri seperti Salmonella dan E. coli. Oleh karena itu, siswa perlu diarahkan untuk menyimpan makanan di tempat yang lebih sejuk atau segera mengonsumsinya saat berbuka

Daya simpan makanan sangat dipengaruhi oleh faktor seperti suhu, kelembaban, dan jenis kemasan yang digunakan. Makanan yang dikonsumsi saat berbuka harus tetap segar meskipun disimpan selama beberapa jam setelah didistribusikan.

Apakah Makanan Tetap Aman Dikonsumsi?

Keamanan pangan menjadi aspek kritis dalam distribusi makanan yang tidak langsung dikonsumsi. Keamanan pangan adalah faktor utama yang harus diperhatikan agar makanan tetap aman dikonsumsi. Makanan yang dibiarkan terlalu lama dalam kondisi suhu ruang berisiko terkontaminasi bakteri patogen seperti Salmonella, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus, yang dapat menyebabkan keracunan makanan

Beberapa potensi risiko yang dapat muncul meliputi:

  • Kontaminasi Mikroba: Makanan yang dibiarkan pada suhu ruangan terlalu lama berisiko menjadi tempat berkembangnya mikroba patogen yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
  • Kualitas Kemasan: Penggunaan kemasan yang tidak memenuhi standar keamanan pangan dapat menyebabkan perpindahan zat berbahaya dari kemasan ke makanan. Beberapa jenis plastik yang tidak food grade dapat melepaskan zat kimia berbahaya saat terkena suhu tinggi.
  • Edukasi Penerima Makanan: Tidak semua siswa dan keluarganya memiliki pemahaman yang cukup tentang cara menyimpan makanan dengan benar. Misalnya, telur rebus yang dibiarkan dalam suhu ruangan terlalu lama bisa mengalami perubahan kualitas yang berbahaya jika dikonsumsi.

Perubahan mekanisme MBG selama ramadan merupakan langkah adaptif agar siswa tetap mendapatkan asupan bergizi meskipun sedang berpuasa. Namun, tantangan utama yang perlu diperhatikan adalah daya simpan dan keamanan pangan. Dengan perencanaan menu yang tepat, distribusi yang efisien, serta edukasi mengenai penyimpanan makanan yang benar, program ini dapat tetap berjalan dengan optimal tanpa mengorbankan aspek kesehatan siswa. Oleh karena itu, kerja sama antara penyelenggara, sekolah, dan orang tua menjadi kunci utama keberhasilan MBG selama bulan suci ini.

Baca Juga: Apakah Serangga Bisa Menjadi Sumber Protein Pada Program Makan Bergizi Gratis?

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Referensi :

  1. Mekanisme MBG saat Ramadhan – AntaraNews
  2. Makan Bergizi Gratis Tetap Ada di Bulan Ramadhan, Badan Gizi: Bisa Dibawa Pulang – Kompas
  3. Makan Bergizi Gratis Tetap Jalan Saat Puasa, Makanan Dibawa Pulang dengan Kantong Khusus – Kompas
  4. Menu Makan Bergizi Gratis Saat Bulan Puasa: Ada Susu dan Kurma – Kompas
  5. Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi (2018), KEMENKES RI
  6. Analisis Mutu Mikrobiologi dan Daya Terima Konsumen Terhadap Cook Chill Food dalam Chiller di PT Aerofood Indonesia Unit Surabaya (2024), Repository IPB
  7. Perkembangan Teknologi Pengemasan Dan Penyimpanan Produk Pangan (2024), Jurnal Ilmiah Pangan Halal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *