Begini Cara Mengatasi Jerawat selama Kehamilan!

Jerawat atau acne vulgaris merupakan kondisi umum yang terjadi pada ibu hamil, baik yang sebelumnya memiliki masalah kulit maupun tidak. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perubahan hormon selama kehamilan.

Berikut penjelasan mengenai jerawat selama kehamilan beserta cara mengatasinya!

Jerawat selama Kehamilan dan Penyebabnya

Jerawat merupakan kondisi dermatologis kronis yang dialami sekitar 43% wanita hamil dan menyusui. Penyebab utama adanya jerawat selama kehamilan adalah perubahan hormonal dan fisiologis yang memicu timbulnya jerawat atau justru memperparah kondisi jerawat yang sudah ada sebelumnya.

Salah satu hormon yang berperan dalam timbulnya jerawat adalah hormon androgen, yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Peningkatan kadar androgen akan merangsang kelenjar minyak (sebasea) untuk memproduksi lebih banyak sebum. Akibatnya, kelenjar minyak tersumbat dan sel-sel kulit mati yang tidak terlepas secara normal akan memicu pertumbuhan bakteri di folikel rambut. Hal ini menyebabkan peradangan dan kemerahan pada kulit.

Jerawat selama kehamilan umumnya bersifat inflamasi atau mengalami peradangan dan kemerahan. Selain itu, umumnya jerawat dapat meluas ke badan, seperti wajah, leher, punggung, dan dada. Jerawat yang muncul dapat berupa komedo dan bintik berisi nanah. Umumnya jerawat muncul pada trimester pertama dan dapat memperparah kondisinya pada trimester kedua dan ketiga.

Beberapa faktor potensial terjadinya jerawat selama kehamilan antara lain usia muda (≤25 tahun), kehamilan pertama (primigravida), riwayat menstruasi tidak teratur, sindrom ovarium polikistik, berat badan ibu dan janin rendah, stres, serta jenis kelamin janin perempuan. Namun, faktor-faktor ini bukan satu-satunya penyebab karena respons setiap wanita terhadap perubahan hormon dapat berbeda-beda.

Cara Mengatasi Kulit Berjerawat

Penanganan kulit berjerawat selama kehamilan perlu memperhatikan bahan-bahan aktif yang terkandung dalam obat jerawat. Pengobatan topikal (oles) lebih disarankan daripada pemberian secara oral (konsumsi). Hal ini karena obat oles jerawat bekerja langsung di kulit tanpa memengaruhi seluruh tubuh dan memiliki tingkat penyerapan di kulit lebih rendah. Namun, pada beberapa kasus jerawat parah, mungkin obat oral atau injeksi akan direkomendasikan dokter berdasarkan pertimbangan khusus.

1. Pengobatan Topikal Jerawat

Berikut beberapa pengobatan topikal jerawat yang umum digunakan selama kehamilan. Rekomendasi ini dianggap aman dan tidak memberikan efek samping terhadap janin. Namun, untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya, tetap konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan.

  • Asam Azelaic: diserap 4 – 8% melalui kulit, memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan komedolitik (membantu membersihkan pori-pori).
  • Benzoil peroksida: memiliki efek antimikroba dan keratolitik (membantu mengelupas sel kulit mati), tetapi keamanannya masih banyak diperdebatkan sehingga perlu konsultasi dokter.
  • Natrium sulfasetamida: bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri), efek antimikroba, dan keratolitik.
  • Antibiotik topikal: seperti Klindamisin, eritromisin, dan metronidazol yang membantu mengurangi bakteri penyebab jerawat dan peradangan.

Sementara itu, terdapat beberapa jenis obat topikal yang perlu dihindari, yaitu isotretionin (isotrex, isotrexin), lymecycline, minocycline, oxytetracycline, dan topikal retinoid (differin, treclin, dan epiduo). Hal ini karena obat tersebut berisiko membahayakan kandungan hingga menyebabkan bayi cacat.

2. Pengobatan Oral

Pada kasus jerawat yang parah, dokter mungkin akan merekomendasikan obat oral berbentuk tablet maupun kapsul. Beberapa obat yang perlu dihindari karena berisiko bagi janin antara lain spironolakton dan retinoid

3. Penanganan secara natural

Di samping pengobatan kimia, terdapat beberapa tips menangani jerawat secara alami dan tentu lebih aman. Berikut beberapa tips mengatasi jerawat selama kehamilan:

  • Menjaga pola makan sehat: perbanyak konsumsi buah, sayur, sumber protein dan lemak sehat
  • Membatasi konsumsi makanan berlemak dan bergula yang dapat memperparah kondisi jerawat
  • Istirahat cukup dan kelola stres
  • Membersihkan area kulit bermasalah dengan lembut tanpa menggosok berlebihan karena dapat menimbulkan iritasi
  • Tidak memencet jerawat untuk menghindari infeksi
  • Tidak terlalu sering menyentuh wajah
  • Memastikan pakaian, handuk, dan sarung bantul dicuci teratur
  • Mengoleskan obat alami, seperti cuka sari apel, soda kue, buah jeruk, madu, dan minyak kelapa. Namun, bahan alami juga tidak semuanya cocok untuk semua jenis kulit. 

Apakah Jerawat pada Ibu Hamil Berbahaya?

Jerawat selama kehamilan merupakan kondisi yang wajar dan umum terjadi akibat perubahan hormon dan biasanya akan membaik setelah melahirkan. Namun, beberapa wanita mungkin masih mengalami jerawat selama menyusui karena fluktuasi hormon.

Secara umum, jerawat kehamilan tidak berbahaya bagi ibu maupun janin, tetapi penting untuk memilih perawatan yang aman. Apabila kondisi jerawat tidak membaik atau tergolong parah, konsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Jajan Gorengan Saat War Takjil? Hati-hati, Bisa Bikin Jerawat dan Kulit Kusam!

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Referensi:

  1. Acne during Pregnancy – PregnancyBirth&Baby
  2. Bad Skin While Pregnant: Why Pregnancy can Give You Acne (and What To Do About It) – The Independent Pharmacy
  3. Faktor Makanan yang Memengaruhi Kejadian Akne Vulgaris: Literature Review (2022), ProNers
  4. Treatment of Acne Vulgaris During Pregnancy and Lactation: A Narrative Review (2022), Dermatology and Therapy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *