Media sosial dan gemerlap tren yang mengatasnamakan nutrisi bukan lah tempat yang tepat mencari informasi faktual, aktual, dan relevan. Apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana menjadi konsumen yang bijak dalam mengkonsumsi informasi serta makanan yang bergizi?
Berkaca pada Tren Populer Makanan: Tak Melulu Baik!
Tren “What I Eat In a Day?” dengan tagar #WIEIAD yang pernah merajalela di sosial media, pada tahun 2023, menuai sorotan negatif dari masyarakat. Jutaan konten yang tersebar di instagram reels dan TikTok dianggap mempromosikan standar tidak realistis diet sehat dan malah dirasa dapat menjerumuskan penonton pada kondisi eating disorders.
Masalahnya terletak pada pada kreator yang menggunakan buzzwords berbau kesehatan dan tubuh sendiri sebagai media promosi. Banyak kampanye dengan slogan ini menyatakan bahwa relasi yang sehat antara tubuh dan makanan ada terkotak-kotakkan oleh standar berat badan tertentu atau dengan jenis olahraga tertentu.
Hal ini tentu jauh dari benar dan dapat menggiring opini masyarakat yang belum cukup teredukasi sehingga mempengaruhi kesehatan mental dalam memandang body-image.
Tren lain yang tak habis dipopulerkan adalah “mukbang” yang terus memenuhi algoritma sosial media. Tren yang dipopulerkan dari Korea dan China ini biasanya menyuguhkan seseorang yang memakan makanan dalam jumlah besar di depan kamera.
Sebuah Jurnal Cureus menyingkap dampak positif psikologis mukbang bagi pelaku dan penonton yakni membantu menyingkirkan rasa kesepian serta memberikan efek pereda stress. Namun, tak jarang pula tren mukbang ini dipandang menyebarkan dampak negatif, yakni mendorong kebiasaan makan berlebih, kecenderungan obesitas, sampai pada perilaku gangguan makan.
Melihat perkembangan tren yang berdampak negatif secara psikologis maupun fisik dalam pemenuhan nutrisi, para ahli gizi dan diet sudah banyak menyampaikan peringatan keras menolak tren-tren tersebut. Disebutkan dalam website Channel News Asia, bahwa sebuah studi dilakukan oleh MyFitnessPal dan Dublin City University menggugah sebuah fakta mencengangkan bahwa hanya 2,1% konten TikTok terkait nutrisi yang dinilai akurat.
Ada udang di balik batu: Ancaman Tersembunyi dengan Iming-iming Badan Ideal dan Sehat
Pola diet yang tidak sehat secara psikologis maupun fisik ini jika dilakukan dalam jangka panjang akan menyebabkan seseorang kehilangan nutrisi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Apalagi, terkait tren yang dilakukan tanpa mengetahui secara jelas apa fungsi dan dampaknya pada tubuh, dan juga tanpa pendapat profesional dari tenaga medis atau ahli gizi.
Penurunan berat badan drastis dan malnutrisi disebabkan oleh perilaku gangguan makan diteliti dapat mengubah struktur dan fungsi otak. Terlebih lagi, pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, kekurangan zat gizi menyebabkan perlambatan pertumbuhan, mempengaruhi perkembangan sistem reproduksi laki-laki serta terhambatnya siklus menstruasi.
Mari Bijak “Mengkonsumsi”!
Dimulai dengan bijak seleksi informasi yang tersebar di sosial media. Tak semua informasi adalah relevan, bahkan jika saran diet tertentu berhasil pada seseorang, tak bisa dipastikan akan berhasil untuk tubuhmu. Hal ini sebabkan oleh kondisi tubuh dan pola hidup yang berbeda-beda antara satu dengan orang lain, sehingga tidak masuk akal satu produk atau saran atau pola diet menjadi jawaban foolproof bagi semua orang.
Ditambah lagi, sosial media hanya menampakkan sebagian kecil dari pola diet seseorang tanpa memberikan informasi terkait latar belakang kesehatan dan alasan seorang kreator konten mengadopsi pola diet tersebut.
Menurut website dari Embody ada 3 pertanyaan utama yang dapat membantu konsumen melihat tren secara netral dan mengevaluasi apakah tren tersebut tepat untuk diikuti dan tidak berdampak negatif pada tubuh.
1. Mempertimbangkan pesan dan motivasi dibalik pembuatan konten.
Contohnya, apa pesan yang disampaikan? Apakah bertujuan untuk menjual suatu produk atau jasa? Jika iya, ada kemungkinan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan
2. Mengkonfirmasi apakah informasi yang diberikan memang relevan.
Informasi yang relevan dapat diakses dari lembaga pemerintah atau lembaga kesehatan terpercaya. Contohnya seperti situs BPOM atau situs resmi Kementerian Kesehatan Indonesia.
Mulai dari tiga langkah sederhana inilah, konsumen diharapkan dapat memilah informasi yang tepat dan mengaplikasikan saran nutrisi sesuai dengan kebutuhan gizi.
Baca Juga: Tren Diet Juice Cleanse: Apa yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Mencoba?
Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien
Referensi:
- The Spectrum of Motivations Behind Watching Mukbang Videos and Its Health Effects on Its Viewers: A Review. 2023: Journal Cureus
- Heard of ‘oatzempic’? How the rise of harmful fad diets online is driving eating disorders – Channel News Asia
- Social media influencers and diet trends – Embody