Manisnya Tape, Amankah Buat Diet?

tape singkong diet

Cuma karena dia manis dan lembut, bukan berarti dia langsung masuk daftar terlarang. Ya, kita lagi ngomongin tape—si lembek manis yang bikin lidah bergoyang. Tapi kalau kamu lagi diet, pasti sempat bertanya: “Boleh nggak sih makan tape? Nanti gagal diet dong?”

Tenang, jawabannya nggak sesederhana hitam-putih. Yuk, kita kupas tuntas tape dari sisi rasa, gizi, sampai sainsnya!

Apa Itu Tape & Kenapa Rasanya Manis Banget?

Tape (atau peuyeum di Sunda) dibuat dari singkong atau ketan yang difermentasi pakai ragi (umumnya Saccharomyces cerevisiae). Proses ini memecah pati jadi gula sederhana dan sedikit alkohol, memberi rasa manis dan aroma khas tape. Tapi bukan cuma rasa yang berubah, struktur zat gizinya juga ikut berubah lho.

Dalam 100 gram tape singkong, kamu akan dapat

  • Sekitar 170 kalori
  • 40 gram karbohidrat (kebanyakan dari gula)
  • 2 gram serat, 
  • 1-2 gram protein
  • 0,3–0,5 g lemak

Dan bonusnya, tape juga mengandung vitamin B kompleks terutama vitamin B1 dan B12 serta probiotik hasil fermentasi. Jadi, bukan sekadar manis doang—dia punya manfaat tersembunyi. 

Manfaat Tape Untuk Diet

Jangan salah, tape juga punya sisi baik buat kamu yang lagi diet. Ini dia buktinya:

1. Probiotik & Kesehatan Usus

Tape mengandung bakteri baik seperti Lactobacillus plantarum. Probiotik atau bakteri baik ini yang apabila dikonsumsi secara teratur, bisa membantu melancarkan pencernaan, memperbaiki mikrobiota usus, membuat tubuh lebih sehat dan nyaman, serta dapat mengontrol berat badan. 

2. Mengandung Pati Resisten

Selama fermentasi, sebagian pati berubah jadi pati resisten (jenis karbohidrat yang tidak langsung dicerna tubuh di usus halus, sehingga sampai ke usus besar dalam bentuk utuh). 

Artinya, tape nggak langsung bikin lonjakan gula darah kayak karbohidrat sederhana. Ini bagus buat kamu yang sedang jaga asupan kalori dan ingin tetap kenyang lebih lama.

Fermentasi dari pati ini juga memicu terbentuknya senyawa bermanfaat, yaitu asam lemak rantai pendek, yang dapat menyehatkan lapisan usus serta mengurangi peradangan dalam saluran pencernaan. Dengan kata lain, pati resistan itu makanan buat bakteri baik di usus dan bisa bantu tubuh jadi lebih sehat dari dalam. 

3. Rendah Lemak

Dengan hanya 0,3–0,5 g lemak per 100 g, tape adalah pilihan camilan rendah lemak ketimbang kudapan gorengan atau kue manis. Pati singkong yang sudah dimodifikasi (seperti tepung tapioca) bisa dipakai sebagai pengganti lemak dalam makanan. 

Contohnya, pada pembuatan kerupuk, penggunaan pati ini bisa mengurangi kandungan lemak hampir setengahnya—sekitar 49%. Artinya, pati singkong bisa jadi solusi untuk membuat camilan yang lebih sehat dan rendah lemak, tanpa mengorbankan rasa.

Tapi Tunggu Dulu, Nggak Semua Manis Itu Baik

Yup, meskipun punya banyak manfaat, tape juga punya “sisi gelap” kalau dikonsumsi sembarangan:

1. Kalorinya Nggak Kecil

Kalori tape cukup besar (±170 kcal/100 g).  Kalori tinggi pada tape terutama disebabkan oleh kandungan karbohidrat yang tinggi, proses fermentasi yang meningkatkan kandungan gula dan alkohol, serta penurunan zat anti-nutrisi (asam sianida) yang meningkatkan penyerapan nutrisi. Kombinasi faktor-faktor ini membuat tape menjadi makanan yang kaya kalori. Jadi, jika dikonsumsi di luar porsi dan waktu, bisa menambah kalori harian tanpa sadar.

2. Kandungan Alkohol? Ada, Walau Sedikit

Fermentasi tape menghasilkan sedikit alkohol (sekitar 1–3%). Buat sebagian orang, tape bisa menyebabkan perut kembung atau pusing kalau makan kebanyakan. Kandungan alkohol ini bisa membuat perut kembung dengan cara mengganggu usus menyerap makanan, memicu pertumbuhan bakteri yang tidak seimbang, dan membuat lapisan usus jadi lebih mudah “bocor”.

Sedangkan rasa pusing setelah konsumsi tape terjadi karena alkohol memengaruhi bagian otak yang mengatur keseimbangan dan aliran darah. Selain itu, gejala mabuk seperti pusing juga muncul karena tubuh kehilangan banyak cairan (dehidrasi) dan meningkatnya zat seperti metanol yang bikin kondisi makin parah.

Jadi, Tape Aman Gak Buat Diet?

Jawaban simpelnya: aman, asal tahu caranya.
Tape bukan musuh, tapi juga bukan sahabat kalau kamu asal makan tanpa kontrol.

Berikut tips aman memasukkan tape dalam diet:

  • Batasi porsi: 50–100 gram (sekitar 1–2 potong) sudah cukup.
  • Waktu terbaik makan: Siang atau sebelum aktivitas fisik, supaya kalori dari makanan langsung digunakan tubuh sebagai energi, bukan disimpan jadi lemak.
  • Jangan dimakan sendirian: Padukan dengan sumber protein (kayak tahu, telur rebus, atau tempe) agar lebih seimbang.
  • Perhatikan respons tubuh: Jika muncul gas, kembung, atau lonjakan gula, evaluasi porsi dan frekuensi.

Kesimpulan

ApleFriends, Tape bukan camilan “jahat”. Kalau tahu triknya, dia justru bisa jadi teman diet yang menyenangkan—manis, mengenyangkan, dan menyehatkan. Ingat, diet bukan soal pantangan total, tapi soal kontrol dan kesadaran. Sudah tahu cara aman makan tape? Yuk, coba kreasi tape sehat kayak smoothie tape atau tape panggang tanpa gula.

Baca Juga: Konsumsi Singkong Meningkatkan Gula Darah? Ini Penjelasannya!

Referensi

  1. Karakteristik Organoleptik dan Kimia Tape Singkong (Manihot esculenta) Varietas Mentega dengan Pra-Perlakuan Perendaman dalam Sari Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) (2020), Journal of Tropical AgriFood
  2. Kalori dalam Tape Singkong – Fatsecret Indonesia 
  3. Strategies to Improve The Functionality of Probiotics in Supplements and Foods (2018), Current Opinion in Food Science 
  4. Bioprocess Strategies for Vitamin B12 Production by Microbial Fermentation and Its Market Applications (2022), Bioengineering
  5. Revisiting the Intestinal Microbiome and Its Role in Diarrhea and Constipation (2023), Microorganisms  
  6. Exploration of Food Industry Waste for Extraction of Resistant Starch: A Step Towards the Sustainable Approach (2024), Journal of Food Chemistry and Nanotechnology 
  7. Application of Modified Cassava Starch as a Fat Substitute in Cracker Production (2023), Journal of Food Processing and Preservation 
  8. Fermentation of Cereal, Pseudo-Cereal and Legume Materials with Propionibacterium freudenreichii and Levilactobacillus brevis for Vitamin B12 Fortification (2021), Food Science and Technology 

Editor: Mentari Suci Ramadhini Sujono, S.Gz., Dietisien

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *