Data International Diabetes Federation 2025 mencatat peningkatan 70% kasus diabetes tipe 2 pada anak usia 5-15 tahun dalam dekade terakhir. Di Indonesia, tren serupa terlihat jelas. “Dari komunikasi kami dengan anak-anak yang terkena Diabetes itu, mereka mengaku sering mengonsumsi minuman dalam kemasan dengan kadar gula sangat tinggi,” ungkap dr. Ni Ketut Mena Efiani, Sp.A, dokter spesialis anak RSUD Karangasem dalam wawancara khusus. Pernyataan ini bukan sekadar pengamatan klinis, melainkan cerminan krisis kesehatan yang sedang berlangsung diam-diam di sekolah, taman bermain, dan meja makan keluarga Indonesia.
Akar Masalah dari Meningkatnya Kasus Diabetes pada Anak dan Remaja
Observasi dr. Mena Efiani mengungkap pola mengerikan: anak-anak penderita diabetes dan gagal ginjal di Karangasem ternyata memiliki kebiasaan konsumsi serupa—minuman kemasan bergula tinggi dan camilan asin. “Banyak penyebab, salah satunya pola asuh dari anak tersebut serta dari makanan yang mereka konsumsi,” tegas dokter yang juga ahli biomedik ini.
Fenomena ini bukan kebetulan. Studi SEANUTS II 2024 menunjukkan bahwa 65% iklan makanan di sekitar sekolah termasuk dalam kategori ultra-processed foods. Yang lebih mengkhawatirkan, survei Kemenkes RI menemukan bahwa 1 dari 3 orang tua secara teratur membekali anak dengan minuman kemasan karena alasan kepraktisan.
Gejala yang Sering Terlewat dan Tidak Disadari
Berbeda dengan diabetes pada orang dewasa, gejala pada anak seringkali lebih halus:
- Perubahan emosi yang dianggap sebagai fase pertumbuhan
- Nafas berbau buah akibat keton berlebih
- Bercak hitam di leher (acanthosis nigricans)
- Sering terbangun malam untuk buang air kecil
Dr. Mena Efiani menekankan bahwa deteksi dini menjadi kunci. “Orang tua perlu waspada ketika anak yang biasanya aktif tiba-tiba sering mengeluh lelah tanpa alasan jelas, atau berat badan turun meski nafsu makan normal.”
Dampak Jangka Panjang Menjadi Ancaman yang Lebih Serius
Diabetes anak bukan sekadar soal gula darah. Riset American Diabetes Association 2025 memproyeksikan bahwa pasien diabetes anak memiliki harapan hidup 15 tahun lebih pendek dibanding populasi sehat. Kemudian risiko 3 kali lebih tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular sebelum usia 30 tahun. Dan gangguan perkembangan kognitif akibat fluktuasi glukosa otak. Yang memilukan, 80% kasus diabetes tipe 2 pada anak sebenarnya dapat dicegah melalui modifikasi gaya hidup sederhana.
Solusi Nyata sebagai Langkah untuk Perubahan
Beberapa strategi efektif yang direkomendasikan para ahli:
1. Revolusi Bekal Sekolah
Mengganti minuman kemasan dengan infused water atau jus buah tanpa gula tambahan. Porsi nasi dan lauk juga wajib diperhatikan agar komposisinya lebih seimbang.
2. Pendidikan Rasa Sejak Dini
Memperkenalkan variasi rasa alami melalui buah potong atau sayuran warna-warni. Sayur dan buah memiliki kandungan gula yang tidak berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi.
3. Aktivitas Fisik Kreatif
Mengalihkan waktu layar dengan permainan tradisional yang melibatkan gerakan. Perbanyak kegiatan fisik seperti berjalan kaki di lingkungan rumah juga menjadi strategi yang efektif.
4. Pemeriksaan Rutin
Tes gula darah sederhana setahun sekali untuk anak dengan faktor risiko. Atau juga bisa melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk memastikan kondisi tubuh untuk menghindari kondisi yang tidak diinginkan.
Peran Lingkungan Sosial yang Bertanggung Jawab
Pencegahan diabetes anak tidak bisa hanya mengandalkan keluarga. Diperlukan regulasi ketat iklan makanan tidak sehat untuk anak. Intervensi sekolah melalui kantin sehat dan edukasi gizi juga penting serta dukungan komunitas dengan program olahraga terjangkau.
Peringatan dr. Mena Efiani dan data-data klinis seharusnya menjadi cambuk kesadaran. Setiap botol minuman manis yang ditolak, setiap pilihan camilan sehat yang diambil, adalah investasi untuk generasi yang lebih kuat.
Diabetes pada anak bukanlah takdir genetis semata, melainkan konsekuensi dari ribuan keputusan kecil sehari-hari. Tantangannya sekarang adalah mengubah pengetahuan menjadi aksi, sebelum epidemi diam-diam ini merenggut lebih banyak masa kecil yang seharusnya diisi dengan tawa, bukan jarum suntik dan obat-obatan.
Baca Juga: Magic Water: Minuman Viral yang Bisa Bikin Diabetes!
Referensi
- Global Diabetes Report (2025), International Diabetes Federation
- South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) II – A Multi-Country Evaluation of Nutrition and Lifestyle Indicators in Children Aged 12 Years and Below: Rationale and Design (2024), Cambridge University Press
- Children and Adolescents: Standards of Care in Diabetes (2025), American Diabetes Association