Merayakan ulang tahun DKI Jakarta mengingatkan kita akan makanan khasnya. Selain soto betawi terdapat pula nasi uduk. Seperti apa sejarah dari nasi uduk? Apa pandangan ahli gizi dengan menu yang satu ini?
Nasi Uduk Khas Betawi dan DKI Jakarta
Nasi uduk adalah contoh nyata hasil akulturasi budaya yang ada di Indonesia. Kalau kamu sering merasa nasi uduk mirip dengan nasi lemak, kamu tidak salah. Budaya melayu, Sumatera bahkan Jawa mempengaruhi kuliner betawi.
Perbedaan nasi uduk khas betawi dengan nasi uduk lainnya dan nasi lemak Malaysia adalah pada rempah dan lauk pauk yang digunakan. Nasi uduk khas Betawi menggunakan daun serai, daun salam, jahe, lengkuas, kapulaga dan cengkih. Selain itu semur betawi hingga jengkol menjadi lauk pembeda antara nasi uduk khas betawi dengan nasi lemak dan nasi uduk lainnya.
Bagi warga Jakarta sendiri pada awalnya nasi uduk menjadi menu sarapan yang dijajakan mengelilingi komplek. Digendong dengan bantuan kain maupun menggunakan gerobak dorong dengan tempat lokasi yang semi permanen. Meskipun begitu, nasi uduk digemari dari berbagai kalangan.
Sekarang nasi uduk bisa ditemukan di berbagai warung maupun restoran-restoran terkenal. Kamu pun tidak hanya menemukannya di pagi hari, namun juga saat makan siang maupun makan malam. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya penduduk Jakarta dan peluang bisnis yang besar dari nasi uduk.
Membuat Nasi Uduk Lebih Sehat
Beras, santan kelapa dan rempah-rempah adalah bahan utama dari nasi uduk. Sedangkan untuk lauk terdapat 2 jenis yakni lauk kering dan lauk basah. Lauk kering yakni irisan telur dadar, bihun goreng dan gorengan. Lauk basah adalah semur betawi yang terdiri dari tahu, tempe, kentang, telur, daging dan jengkol.
Dari bahan-bahan nasi uduk hingga lauk pauk sebenarnya kita semua sudah tahu bahwa nasi uduk mengandung tinggi lemak. Dilansir dari fatsecret.id, satu porsi (160 gram) nasi uduk mengandung 44% lemak sedangkan karbohidrat 50%. Artinya adalah jumlah lemak hampir sama dengan karbohidrat.
Jumlah lemak akan bertambah apabila kamu mengkonsumsinya dengan gorengan ataupun lauk pauk berlemak lainnya. Padahal dalam satu kali makan asupan lemak biasanya dibatasi sampai 25% saja.
Kamu bisa menguranginya dengan cara mengganti santan dengan susu. Apabila kamu memiliki intoleransi terhadap laktosa, kamu bisa menggunakan krimer bubuk serat tinggi.
Lakukan hal yang sama pada semur betawi, ganti santan dengan susu atau krimer bubuk serat tinggi. Sedangkan untuk lauk pauk lainnya seperti gorengan, sebaiknya dikurangi. Gunakan lauk yang tidak melalui proses penggorengan dengan banyak minyak seperti irisan telur dadar atau telur rebus. Tambahkan juga sumber serat dari sayur-sayuran seperti sayur tumis buncis ataupun lalapan.
Semoga dengan cara tersebut kamu bisa merayakan hari ulang tahun DKI Jakarta dengan menu Nasi Uduk Gurih Khas Betawi yang sehat ya!
Sumber gambar : freepik.com
Penulis : Safira Rifdah Hafshah, S.Gz | Editor : Lilik Laras Shinta, S.Gz