Jangan Jijik! Transplantasi Tinja Bisa untuk Sembuhkan Penyakit Kronis Lho!

Sistem pencernaan memang merupakan kunci untuk kehidupan manusia yang sehat. Didalam sistem pencernaan terhadap mikrobiota yang ikut berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. 

Sejumlah temuan menyebutkan mikrobiota telah diakui sebagai faktor dalam perkembangan penyakit metabolik seperti obesitas, diabetes dan sistem kekebalan tubuh. Beberapa penelitian lain juga menyebutkan sistem pencernaan mempengaruhi penuaan dan umur seseorang.

Saat ini terdapat banyak metode yang digunakan agar bisa mendapatkan mikrobioma yang bermanfaat untuk tubuh. Salah satu cara yang paling kontroversional adalah transplantasi tinja. Transplantasi tinja atau dalam bahasa medisnya disebut transplantasi mikrobioma tinja (FMT) dapat mengobati berbagai kondisi medis, termasuk infeksi.

Di dalam usus kita terdapat mikrobioma seperti bakteri, virus, jamur dan makhluk mikroskopis lainnya. Mereka berperan penting untuk kesehatan tubuh dan mempengaruhi respon tubuh seperti pencernaan, metabolisme dan kekebalan tubuh.

Berbagai faktor gaya hidup sangat mempengaruhi mikrobioma dalam usus kita, terutama pola makan. Selain itu, faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik, tidur, dan tingkat stres juga membentuk mikrobioma usus. Penelitian tentang mikrobioma telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, dan mengungkap dampak yang besar dari berbagai aspek kesehatan

Transplantasi Tinja dapat Menyembuhkan Penyakit Kronis

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Birmingham di Inggris, dimana penelitian terkait transplantasi tinja berhasil mengobati penyakit infeksi pria usia 50 tahun yang mengidap penyakit hati kronis langka yang disebut Primary Sclerosing Cholangitis (PSC). 

Penerima donor, Rick (50) menjalani serangkaian tes klinis yang ketat seperti pengecekan darah, pola hidup, yang dimana penelitian ini dipimpin oleh seorang konsultan hepatologi dan gastroentologi yang bertanggung jawab atas kondisi Rick. Rick menerima tinja dengan komposisi mikrobioma usus yang sehat dan melihat bagaimana hal tersebut mempengaruhi kesehatannya. 

Dalam pelaksanaannya transplantasi tinja diawasi dengan ketat dan dilakukan oleh ahli, karena meskipun diataranya berhasil dalam menjalani transplantasi tinja, tidak menutup kemungkinan terdapat kegagalan bahkan kematian. Pelaksanaan transplantasi tinja pun harus diakomodir dengan fasilitas yang memadai, karena akan rawan terjadi kontaminasi khususnya di daerah yang minim fasilitas kesehatan

Rick (50) divonis saat usianya 42 tahun dan opsi yang sebenarnya harus dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya adalah melalui transplantasi hati. Namun, berkat perkembangan ilmu pengetahuan Rick bisa menjalani kehidupannya dengan melakukan transplantasi tinja. Pada beberapa penelitian lainnya transplantasi tinja juga berhasil dalam mengobati penyakit IBD (Inflammatory Bowel Disease), Chrones Disease, dan beberapa penyakit lainnya yang berkaitan dengan pencernaan dan metabolisme

Efek samping Transplantasi Tinja

Perlu diketahui, jika kita melakukan transplantasi tinja tidak hanya mikrobiomanya yang bisa kita dapatkan, namun kondisi medis lain dari pendonor juga bisa kita rasakan. Mikrobioma selain berperan dalam metabolisme, juga dapat mempengaruhi suasana hati. Penelitan yang dilakukan Clara, dia merupakan penderita IBD (Inflammatory Bowel Disease) atau peradangan kronis pada saluran cerna, dimana ia menerima donor tinja dari saudaranya. Ditemukan kondisi pencernaannya membaik, namun penyakit bawaan yang dimiliki oleh saudaranya seperti berjerawat dan mudah cemas ikut dirasakan oleh Clara. Sehingga, dapat disimpulkan dalam melakukan donor tinja pun perlu pengamatan yang lebih komprehensive agar manfaat yang kita inginkan tercapai

Dimana kita bisa mendapatkan Tinja?

AS dan Eropa sudah melaksanakan FMT, diikuti oleh Brasil, Afrika Selatan dan India. Pelaksanaan FMT masih belum diterapkan secara global karena beberapa orang masih merasa enggan/jijik terhadap fases, selain itu faktor keyakinan budaya, sosial dan agama juga ikut mempengaruhi sulitnya FMT untuk diterapkan. Namun, seiring pasien mengetahui manfaat yang diterima, secara perlahan metode FMT diterima.

Di Negara yang sudah menerapkan FMT, mereka memiliki bank tinja yang sudah tersistemasi dan mendapatkan donor yang sudah difilter dan melakukan serangkaian pemeriksaan klinis yang ketat. Setelah dilakukan pemeriksaan sampel tinja diambil dan disimpan selama 12 bulan dalam freezer bersuhu -80 derajat celcius. Ketika seorang pasien memerlukan transplantasi tinja, tinja yang beku akan disaring, dicairkan, dan dimasukan dalam penyuntik.

Saat ini banyak penyakit pencernaan, metabolisme dan mental yang kurang lebihnya dipengaruhi oleh kondisi mikrobiome yang ada di saluran pencernaan kita yang bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Transplantasi tinja saat ini sedang trend karena beberapa penelitian implementasinya menunjukan mampu menyembuhkan penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan oleh obat-obatan. Banyak pro dan kontra akan implementasi transplantasi tinja ini, namun dengan mengetahui manfaatnya, diharapkan transplantasi tinja bisa menjadi jawaban dalam mengobati penyakit kronis dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Baca Juga: Awas! Ada Bahaya Mengintai di balik Diet Detoksifikasi

References:

  1. Transplantasi Mikrobiota Tinja: Selamatkan Nyawa dengan Fases – Mount Elizabeth
  2. Transplantasi Tinja Bantu Atasi Penyakit Kronis Pria Inggris – BBC NEWS
  3. https://www.alomedika.com/transplantasi-mikrobiota-feses-untuk-infeksi-clostridium-difficile
  4. Studi: Transplantasi Fases Bisa Bantu Obati Kanker Kulit – Klikdokter

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *