ApleFriends pasti sudah sering melihat kentang bertunas terutama yang disimpan pada kondisi hangat dan lembab. Tapi apakah ApleFriends tahu bahwa memakan kentang bertunas dapat membahayakan tubuh? Simak selengkapnya!
Kentang seperti yang kita tahu menjadi pilihan sumber karbohidrat selain nasi. Termasuk dalam tumbuhan umbi-umbian, kentang sering “di sayur” dalam kreasi masakan Indonesia dengan sayuran lain menjadi masakan seperti lekohnya semur tahu kentang dan pedasnya kentang balado. Apalagi, makanan western seperti potato croquette yang lumer, gnocchi yang lembut nan kenyal, dan kriuknya kentang goreng. Semua kreasi makanan ini menggunakan bahan dasar kentang.
Tetapi nikmatnya olahan kentang menyimpan bahaya lho, jika pemilihan dan pengolahan kentang tidak dilakukan dengan benar. Kentang dengan bentuk yang rusak dan lebam akibat terbentur atau jatuh serta adanya tunas putih yang menyelimuti permukaan kentang dengan kulit yang sudah berkerut, pasti pernah kita temukan. Tak hanya tidak sedap dipandang, awas ApelFriends, kentang yang rusak dan bertunas tidak aman dikonsumsi lho!
Awas! Bahaya Tersembunyi Senyawa Glikoalkaloid pada Kentang Bertunas
Sebagai tanaman umbi-umbian, kentang dipanen dari dalam tanah. Kondisi ideal dengan kelembaban cukup dan suhu yang hangat dalam tanah akan terus memicu pertumbuhan tumbuhan kentang. Kedua faktor ini lah yang memicu kerja hormon pertumbuhan yang ada pada tumbuhan secara alami, disebut sebagai glikoalkaloid.
Dipaparkan oleh Badan POM Indonesia, kentang mengandung racun alami disebut dengan solanin dan chaconine. Keduanya termasuk golongan glikoalkaloid. Pada dasarnya, kadar glikoalkaloid pada kentang cukup rendah sehingga tidak akan mengakibatkan keracunan. Namun, faktor eksternal seperti paparan sinar dan juga kerusakan fisik pada kentang akan mengaktifkan kerja senyawa ini, sehinggas kentang tak lagi aman dikonsumsi.
Apa Akibat Negatif dari Senyawa Toxic Glikoalkaloid?
Kandungan glikoalkaloid yang tinggi biasanya ditemukan pada kentang berwarna hijau, bertunas, bentuk yang rusak atau lebam karena terbentur atau bahkan membusuk. Dikutip dari Journal of Experimental and Basic Medical Sciences, beberapa negara menetapkan kadar glikoalkaloid yang masih aman untuk dikonsumsi pada kentang adalah 0,2 mg per gram kentang. Kadar 200-400 mg dapat mengakibatkan gejala keracunan pada manusia dewasa, sedangkan lebih dari 600 mg dikabarkan memiliki efek mematikan.
Rasa pahit dan gejala keracunan seperti sensasi terbakar pada rongga mulut, sakit perut, mual, dan muntah. Pada kasus yang berat, keracunan senyawa solanin dapat mengakibatkan halusinasi, kehilangan kemampuan motorik, demam, sampai pada kondisi tubuh paralisis.
Banyak dari kita mungkin berpikir, ah setelah dimasak pasti akan aman. Namun, jangan salah ApleFriends! Berdasarkan Journal of Chemistry: Education Research and Practice, proses pemasakan seperti penggorengan yang menggunakan suhu relatif tinggi (>1850C) tidak dapat mengeliminasi keberadaan senyawa beracun ini.
Hasil yang mirip juga dipaparkan dalam Journal of Experimental and Basic Medical Sciences yang menemukan bahwa merebus kentang hanya dapat mengurangi kadar solanin sekitar 1,2%. Sedangkan, degradasi senyawa solanin sebanyak 40% hanya dapat tercapai saat kentang diproses dengan metode deep frying pada suhu 2100C selama 10 menit.
Bagaimana mencegah kondisi kentang agar tidak mudah bertunas?
Meskipun kentang menjadi bahan pangan sumber karbohidrat utama, ApleFriends harus ingat bahwa konsumsi kentang bertunas dapat membahayakan kesehatan. Maka, penyimpanan yang tepat, inspeksi yang cermat, sampai pada proses persiapan kentang sebagai pangan siap konsumsi harus meminimalkan kadar glikoalkaloid.
Sebaiknya, kentang disimpan di tempat gelap, sejuk, dan kering. Kentang yang terpapar sinar selama penyimpanan akan meningkatkan jumlah solanin pada kulit kentang. Pencegahan keracunan juga dapat dilakukan dengan mengupas kulit kentang dan memasaknya sebelum dikonsumsi. Pilihan yang terbaik agar kita tidak mengkonsumsi glikoalkaloid adalah tidak mengkonsumsi kentang yang sudah bertunas.
Nah, sudah tahu kan ApleFriends! Hindari ya mengkonsumsi kentang yang sudah bertunas!
Baca juga: Pahami keamanan pangan dari rumah dengan 7 Tips berikut, yuk lakukan!
Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien
Referensi:
- Racun Alami pada Tanaman Pangan – Badan POM
- Are Sprouted Potatoes Safe to Eat? – Healthline
- Potato Glycoalkaloids and Metabolites: Roles in the Plant and in the Diet. 2006: Journal of Agricultural and Food Chemistry
- Solanidine Acetate –The Modified Glycoalkaloid Imparting Toxicity in Green Coloured and Sprouted Potatoes. 2018: Journal of Chemistry: Education Research and Practice
- Solanine Poisoning: Effects, Risks, and Management Strategies. 2024: Journal of Experimental and Basic Medical Sciences