Mengganti Gula pada Takjil dengan Madu, Apakah Lebih Sehat?

Takjil untuk berbuka puasa seringkali identik dengan makanan dan minuman manis, seperti sop buah, kolak, kue, dan menu manis lainnya. Manis yang terdapat dalam takjil ini seringkali berasal dari gula.

Seperti yang kita tahu, konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit obesitas hingga diabetes. Lantas, orang-orang jadi mulai bertanya mengenai pengganti gula yang lebih sehat dan aman untuk diet.

Madu menjadi salah satu alternatif alami yang banyak digunakan untuk pemanis makanan dan minuman. Cukup banyak orang yang mengganti gula dalam takjil buatannya dengan madu agar lebih sehat.

Madu memiliki rasa yang lebih manis daripada gula sehingga penggunaannya dapat dikurangi. Meskipun mengandung tinggi kalori, madu juga dilengkapi dengan asam amino yang tidak dimiliki oleh gula.

Namun, ternyata konsumsi madu berlebihan juga tidak disarankan karena tetap dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Begini perbedaan madu dengan gula, hubungannya dengan penyakit degeneratif, hingga tips penggunaannya dalam takjil!

Perbedaan Madu dengan Gula

Madu dan gula merupakan pemanis alami yang sering digunakan, tetapi terdapat perbedaan komposisi dan kandungan gizi pada keduanya. Berikut merupakan beberapa perbedaan antara madu dan gula:

1. Penyerapan oleh tubuh

Madu dan gula sama-sama terdiri dari glukosa dan fruktosa. Pada gula tebu, glukosa dan fruktosa terikat bersama membentuk sukrosa sehingga tubuh perlu memecahnya terlebih dahulu sebelum diserap. Sementara itu, glukosa dan fruktosa pada madu tidak saling terikat. Hal ini menyebabkan madu lebih mudah dicerna dan dapat segera diserap oleh tubuh.

2. Kandungan gizi

Satu sendok makan gula mengandung sekitar 49 kalori, sedangkan madu memiliki sekitar 68 kalori. Hal ini menunjukkan kalori pada madu lebih besar daripada gula. Namun, umumnya madu memiliki rasa yang lebih manis daripada gula sehingga penggunaannya dapat lebih dikurangi.

Selain itu, madu murni alami yang belum melalui proses dan tanpa campuran apa pun mengandung vitamin, mineral, asam amino, antioksidan, hingga flavonoid yang dapat bermanfaat sebagai antibakteri, anti-virus, anti-inflammatory, dan anti-alergi.

Akan tetapi, madu yang sering kita jumpai di supermarket umumnya madu yang telah mengalami berbagai proses hingga ditambahkannya gula sehingga kandungan bioaktifnya bisa berkurang. Oleh karena itu, penting untuk memilih madu murni yang belum melalui proses pengolahan untuk mendapatkan manfaat madu secara maksimal.

3. Indeks Glikemik (IG)

Indeks glikemik (IG) merupakan ukuran bagaimana karbohidrat menangani glukosa dalam darah. IG yang rendah memungkinkan peningkatan gula darah yang lebih sedikit, sedangkan IG tinggi menyebabkan kadar glukosa darah lebih tinggi.

Madu memiliki indeks glikemik yang lebih rendah yakni sekitar 55±5, sedangkan gula mengandung IG sekitar 68±5. Hal ini menjadikan madu menaikkan gula darah tidak secepat gula tebu. Namun, konsumsinya tetap harus dibatasi agar tidak menyebabkan lonjakan gula darah.

Hubungan Madu dengan Obesitas, Diabetes, dan Kolesterol

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa madu tidak menyebabkan obesitas, beberapa justru menunjukkan bahwa madu berperan dalam penurunan berat badan. Madu mengandung gula sederhana yang cepat diserap dan dimetabolisme tubuh. Kandungan fruktosa sebesar 35 – 45% juga dapat menunda pengosongan lambung sehingga dapat mengurangi keinginan konsumsi makanan. Di samping itu, madu juga memiliki efek pencahar yang menyebabkan pembuangan air dan limbah tubuh lebih cepat.

Indeks glikemik yang rendah pada madu juga menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah lebih lambat sehingga dapat mengurangi risiko diabetes. Namun, pada penderita diabetes konsumsinya tetap harus dibatasi.

Selain obesitas dan diabetes, sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa madu dapat bermanfaat untuk menurunkan kolesterol. Kandungan antioksidan dan niasin dalam madu memiliki efek menguntungkan pada metabolisme lipid sehingga dapat membantu menurunkan LDL dan kadar kolesterol darah.

Tips Mengganti Gula dengan Madu dalam Takjil

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, madu dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti gula. Namun, tetap ingat untuk memilih madu murni alami dan membatasi konsumsinya agar tidak terjadi dampak buruk.

Dalam pembuatan makanan dan minuman manis, penggunaan madu untuk menggantikan gula dapat mengubah cita rasa hingga tekstur makanan. Berikut beberapa tips mengganti gula pada takjil menggunakan madu:

  1. Gunakan madu lebih sedikit daripada gula karena umumnya madu memiliki rasa lebih manis
  2. Kurangi penggunaan cairan pada pengolahan makanan seperti kue, karena madu mengandung air hingga 20%
  3. Kecilkan temperatur oven untuk kue atau roti karena madu dapat lebih cepat menjadi karamel daripada gula

Baca Juga: Madu Sebagai Pengganti Gula untuk Penderita Diabetes, Amankah?

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Referensi:

  1. Is Honey the Same as Sugar? – University of Arizona
  2. Should I Swap Sugar for Honey? – goodFOOD
  3. Pengaruh Pemberian Madu terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus musculus) dengan Salmonella Typhy (2021), Molucca Medica
  4. Role of Honey in Obesity Management: A Systematic Review (2022), frontiers in Nutrition
  5. 4 Rules for Successfully Swapping Honey for Sugar in Any Baked Goods – the kitchn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *