Orthorexia Pada Wanita: Mitos, Fakta, dan Strategi Penanganannya

Orthorexia nervosa, gangguan makan yang ditandai dengan obsesi berlebihan terhadap konsumsi makanan yang dianggap sehat, semakin menjadi perhatian di kalangan wanita. Meskipun tujuan awalnya adalah untuk mencapai kesehatan optimal, obsesi ini dapat berubah menjadi pola makan yang terlalu ketat, yang berpotensi menimbulkan malnutrisi, kecemasan, dan isolasi sosial. 

Artikel ini mengulas definisi orthorexia, penyebab dan gejalanya, serta strategi praktis untuk menangani dan mencegah kondisi ini secara efektif.

Apa Itu Orthorexia Nervosa?

Orthorexia nervosa (ON) berasal dari kata Yunani “orthos” yang berarti benar, dan “orexis” yang berarti nafsu makan. ON menggambarkan obsesi yang tidak sehat terhadap makanan yang dianggap “bersih” atau sehat. Berbeda dengan anoreksia atau bulimia yang terutama berkaitan dengan berat badan dan citra tubuh, ON fokus pada kualitas makanan. Penderita sering kali menghindari kelompok makanan tertentu dan menetapkan aturan ketat yang, jika dilanggar, dapat menyebabkan kecemasan dan rasa bersalah yang mendalam.

Penyebab Orthorexia pada Wanita

Faktor penyebab orthorexia bersifat kompleks dan multidimensi:

Faktor Psikologis:

Perfectionism dan kebutuhan untuk mengontrol segala aspek hidup sering kali menjadi pemicu. Wanita dengan harga diri rendah atau kecenderungan obsesif-kompulsif mungkin merasa bahwa menjaga pola makan sangat ketat adalah kunci untuk mencapai kesehatan optimal.

Pengaruh Sosial dan Budaya:

Media dan tren kesehatan yang menekankan “clean eating” menciptakan tekanan yang tinggi untuk mengikuti pola makan yang ideal. Sosial media kerap menampilkan standar yang tidak realistis, sehingga mendorong wanita untuk mengadopsi kebiasaan makan ekstrem.

Faktor Biologis:

Meskipun penelitian masih berlangsung, ada indikasi bahwa predisposisi genetik terhadap gangguan makan juga dapat berperan dalam perkembangan orthorexia.

Gejala dan Dampak Orthorexia pada Wanita

Gejala orthorexia pada wanita meliputi:

Obsesi terhadap Kualitas Makanan:

Fokus yang berlebihan pada pemilihan dan persiapan makanan, sering kali dengan aturan yang sangat ketat.

Restriksi Diet yang Ekstrem:

Menghindari seluruh kelompok makanan yang dianggap tidak murni, yang berpotensi menyebabkan defisiensi nutrisi.

Kecemasan dan Rasa Bersalah:

Terjadi saat makanan yang tidak sesuai standar dikonsumsi.

Isolasi Sosial:

Menghindari situasi sosial yang melibatkan makanan karena takut terpapar pilihan makanan yang tidak sesuai.

Dampak jangka panjang orthorexia mencakup risiko malnutrisi, gangguan kesehatan mental, dan penurunan kualitas hidup karena stres dan isolasi.

Mitos vs. Fakta Seputar Diet dan Orthorexia

Di tengah meningkatnya tren “clean eating,” atau detox diet terdapat banyak mitos yang berkembang, seperti:

Mitos: Diet vegan atau pola makan sehat otomatis menyembuhkan segala masalah kesehatan.

Fakta: Tidak semua makanan vegan atau sehat itu berkualitas. Produk olahan yang tinggi gula dan lemak tidak sehat juga dapat memperburuk kondisi, terutama jika dilakukan secara ekstrem.

Mitos: Mengikuti diet ketat adalah cara terbaik untuk mencapai kesehatan.

Fakta: Pendekatan yang terlalu ketat justru dapat menyebabkan kekurangan nutrisi dan stres emosional, yang pada akhirnya berkontribusi pada orthorexia.

Strategi Pencegahan dan Penanganan Orthorexia

Untuk mengatasi orthorexia, beberapa strategi praktis dapat diadopsi:

Konsultasi dengan Profesional:

Bekerjasamalah dengan ahli gizi atau psikolog yang memahami gangguan makan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Pendekatan Mindful Eating:

Latih kesadaran penuh saat makan. Fokus pada rasa, tekstur, dan aroma makanan tanpa menghakimi pilihan yang ada.

Fleksibilitas dalam Pola Makan:

Hindari aturan yang terlalu kaku. Izinkan diri untuk menikmati variasi makanan tanpa rasa bersalah.

Pendidikan dan Kesadaran:

Tingkatkan pengetahuan tentang nutrisi dan kesehatan untuk membangun hubungan yang sehat dengan makanan.

Dukungan Sosial:

Carilah dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung yang bisa membantu mengurangi tekanan dan isolasi.

Orthorexia Nervosa Berkaitan dengan Faktor Luar

Orthorexia nervosa adalah kondisi kompleks yang dipicu oleh faktor psikologis, sosial, dan biologis, dengan prevalensi yang tinggi di kalangan wanita. Meski niat awal untuk makan sehat adalah positif, obsesi berlebihan dapat menyebabkan dampak negatif, seperti malnutrisi, stres, dan isolasi sosial. 

Membedakan antara makan sehat dan pola makan yang ekstrem merupakan kunci untuk menjaga kesehatan. Dengan pendekatan mindful eating, konsultasi profesional, dan dukungan sosial, wanita dapat mengatasi dan mencegah orthorexia, sehingga mendapatkan keseimbangan yang optimal antara kesehatan fisik dan mental.

Baca Juga: Mengenal Binge eating Disorder: Perilaku Gangguan Makan

Source:

  1. The Association of Perfectionism, Health-Focused Self-Concept, And Erroneous Beliefs with orthorexia Nervosa Symptoms: A Moderated Mediation Model (2022), International Journal of Eating Disorders
  2. Connecting a Health-Focused Self-Concept With Orthorexia Nervosa Symptoms via Fear of Losing Control Over Eating Unhealthy Food and Disgust for Unhealthy Food (2022), Eating and Weight Disorders
  3. Kecenderungan Orthorexia Nervosa pada Mahasiswa Program Studi Gizi (2023), Jurnal Gizi Klinik Indonesia
  4. Gambaran Orthorexia Nervosa pada Mahasiswa Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (2020), Universitas Gadjah Mada
  5. Healthy Orthorexia vs. Orthorexia Nervosa: Italian Validation of the Teruel Orthorexia Scale (TOS) (2023), Eating and Weight Disorders
  6. Orthorexia Nervosa vs. Healthy Orthorexia: Relationships with Disordered Eating, Eating Behavior, and Health Lifestyle Choices (2021), Eating and Weight Disorders
  7. Overall Proportion of Orthorexia nervosa Symptoms: A Systematic review and Meta-Analysis Including 30 476 Individuals from 18 Countries (2023), Journal of Global Health
  8. The Prevalence of Orthorexia nervosa Among Gym Participants from Croatia: An Observational Study (2024), Acta Clinica Croatica
  9. Italian Adaptation of the Düsseldorf Orthorexia Scale (I-DOS): Psychometric Properties and Prevalence of Orthorexia Nervosa Among an Italian Sample (2021), Eating and Weight Disorders

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *