Tidak sedikit diantara kita yang memiliki status gizi obesitas tapi tenang-tenang aja. Ada yang merasa tenang aja meski badan gemuk karena merasa sehat, tetapi ada juga karena standar IMT yang digunakan tidak tepat. Memangnya seberapa penting sih pemantauan berat badan? Lalu bagaimana standar IMT yang benar?
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa berumur >18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan indeks massa tubuh dapat menggambarkan hubungan antara berat badan dan tinggi badan seseorang. Di samping itu, dengan IMT dapat diketahui berat badan seseorang dikategorikan normal, kurus, atau gemuk. IMT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
IMT=Berat Badan (kg)Tinggi Badan m Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat kalian kelompokkan menurut beberapa kualifikasi berikut
Bagi orang Indonesia, standar yang digunakan berbeda dengan negara lain ya. Kementrian kesehatan menyarankan untuk menggunakan standar status gizi normal dengan nilai IMT 18,5-25.
Dengan memantau hasil dari perhitungan IMT diharapkan kita dapat selalu menjaga tubuh agar terhindar dari risiko kesehatan yang tidak diinginkan.
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa risiko seseorang terhadap penyakit kronis dan kematian dini meningkat dengan IMT lebih rendah dari 18,5 (“kekurangan berat badan”) atau 30,0 atau lebih besar (“obesitas” ). Studi tersebut dilakukan di negara dengan batas IMT obesitas 30. Sebagai orang Indonesia, kita harus mewaspadai resiko kesehatan tersebut pada kondisi IMT dibawah 18,5 dan diatas 25.
Pada sebuah studi penelitian yang dipublikasikan oleh The Permanete Journal pada data 103.218 kematian diketahui bahwa orang yang memiliki IMT 30,0 atau lebih (“obesitas”) memiliki risiko kematian 1,5–2,7 kali lebih besar. Penelitian lain yang dipublikasikan American Journal of Public Health, pada data 16.868 orang menunjukkan bahwa mereka yang berada dalam kategori IMT “obesitas” memiliki risiko kematian 20% lebih tinggi dari semua penyebab dan penyakit jantung, dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kategori IMT “normal”. Studi lain yang dipublikasikan Annals of Translational Medicine menunjukkan bahwa IMT lebih besar dari 30,0 mulai secara signifikan meningkatkan risiko masalah kesehatan kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, kesulitan bernapas, penyakit ginjal, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan masalah mobilitas.
Beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa pentingnya kita untuk menjaga berat badan kita agar berada pada skala nilai IMT yang normal, namun pengukuran IMT bukanlah patokan satu-satunya untuk tolak ukur pengukuran kesehatan lainnya. Kalian juga tetap harus melakukan pengukuran kesehatan lainnya seperti, mengecek gula darah, kolesterol, tekanan darah, dan lainnya.
Selalu jaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan jangan lupa untuk terapkan pola hidup sehat ya untuk mencapai berat badan ideal!
Sumber gambar : freepik.com
Penulis : Laily N. Aliyah, S. Gz
Editor : Lisa Rosyida, S.Gz, RD