Belakangan ini, konsep Real Food sedang naik daun! Mulai dari orang dewasa sampai anak-anak banyak yang mulai menerapkan pola makan ini. Katanya sih, lebih sehat karena menghindari bahan pengawet dan zat adiktif dari makanan olahan.
Tapi… apakah benar Real Food selalu baik untuk anak-anak? Apakah mudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, apalagi untuk anak yang pilih-pilih makan?
Yuk, kita bahas tuntas apa saja tantangan menerapkan Real Food pada anak, plus tips jitu supaya si kecil tetap mau makan dengan lahap tanpa drama!
Real Food dan Anak-anak: Apa Manfaatnya?
ApleFriends, pasti sudah tahu kan kalau menerapkan real food dalam pola makan sehari-hari bisa memberikan banyak manfaat untuk kesehatan? Terutama untuk anak-anak, loh! Dengan membiasakan mereka mengonsumsi makanan sehat dan rendah kalori, yang bebas dari gula berlebihan, manfaat pertama yang bisa langsung dirasakan adalah perubahan preferensi makan mereka.
Kenapa bisa begitu? Karena pengalaman mereka mengenal makanan bergizi sejak dini akan membuat mereka lebih suka makan makanan sehat. Mereka jadi terbiasa dengan rasa dan variasi makanan yang bergizi, dan ini meningkatkan kemungkinan mereka untuk memilih pola makan yang sehat saat tumbuh besar.
Tapi nggak cuma itu, lho! Ada banyak manfaat lain yang bisa didapat dengan memberi anak-anak makanan real food, seperti:
- Mencegah kenaikan berat badan berlebih – membantu mereka tumbuh sehat tanpa khawatir obesitas.
- Mencegah penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas – menjaga tubuh mereka tetap fit dan terhindar dari penyakit.
- Menjaga mikrobiota usus – agar sistem pencernaan mereka tetap sehat dan kuat.
- Melindungi dari kanker lambung dan usus – membantu melawan risiko penyakit serius di masa depan.
- Mencegah gangguan pernapasan – mendukung kesehatan paru-paru dan sistem pernapasan mereka.
Tapi… Apa Tantangannya?
Secara alamiah, anak-anak akan lebih suka rasa manis serta makanan tinggi energi yang kaya lemak dan karbohidrat sederhana. Jadi, mungkin ini bisa jadi tantangan terbesar bagi para ibu untuk menerapkan konsep real food dalam keseharian mereka. Lalu, apa saja tantangan lain yang mungkin dihadapi?
1. Anak Pilih-pilih Makanan (Picky Eating)
Anak yang menjadi picky eater (pilih-pilih makanan) adalah hal yang wajar, terutama saat mereka mulai punya kendali atas pilihan makanannya. Hal ini terjadi karena mereka sedang belajar mengeksplorasi rasa dan menentukan preferensi makanan.
2. Persiapan Lebih Lama
Real Food biasanya membutuhkan proses memasak yang lebih panjang karena tidak instan atau siap saji. Hal ini akan menjadi tantangan bagi orang tua yang sibuk dan tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan makanan dari nol setiap hari.
3. Biaya Lebih Mahal (Tergantung Wilayah)
Beberapa bahan Real Food, seperti sayuran organik atau daging segar, bisa lebih mahal dibandingkan makanan olahan massal yang mudah ditemukan di minimarket.
4. Tidak Semua Produk Dipahami Sebagai Real Food
Masih banyak orang tua yang bingung membedakan mana makanan olahan yang masih sehat dan mana yang sudah tergolong ultra-proses. Tentunya bisa menyebabkan misleading dan konsumsi makanan yang dianggap “sehat” padahal tidak.
5. Risiko Kekurangan Gizi Jika Tidak Dikelola dengan Baik
Jika anak hanya diberi Real Food tanpa perencanaan yang baik (misalnya terlalu membatasi makanan olahan tanpa ganti sumber protein/karbohidrat lain), bisa berisiko kekurangan zat gizi tertentu seperti zat besi, kalsium, atau vitamin B12.
Tips Kenalkan Real Food ke Anak!
Buat Bentuk Makanan yang Menarik
Anak-anak cenderung lebih tertarik dengan makanan yang tampilannya seru! Coba sajikan makanan dengan warna-warna cerah dan bentuk lucu—bisa dibentuk seperti hewan, bunga, atau karakter favorit mereka. Tampilan yang menarik bisa bikin anak lebih semangat makan.
Ajak Anak Ikut Memasak
Mengajak anak terlibat saat menyiapkan makanan bisa jadi cara seru untuk mengenalkan bahan makanan dan rasa asli makanan. Anak juga jadi lebih antusias untuk mencoba makanan yang ia bantu buat sendiri—plus, bisa jadi momen bonding yang menyenangkan!
Bangun Hubungan Sehat dengan Makanan Sejak Dini
Penting banget mengajarkan anak untuk mengenali rasa lapar dan kenyang tubuhnya. Hindari menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman, dan jangan terlalu melarang makanan tertentu. Ini bisa bantu anak membangun hubungan yang positif dengan makanan tanpa rasa bersalah, yang penting untuk kesehatan jangka panjang.
Jadikan Waktu Makan Sebagai Momen Belajar
Gunakan waktu makan sebagai kesempatan untuk mengenalkan kelompok makanan dan zat gizi penting bagi tubuh. Anak-anak yang tahu manfaat dari makanannya biasanya jadi lebih terbuka untuk mencoba makanan sehat, lho!
Baca juga: Dampak Konsumsi Ultra-Processed Food pada Anak Usia Dini
Referensi
- Dietary Habits and Choices of 4-to-6-Year-Olds: Do Children Have a Preference for Sweet Taste? (2021), Children
- Food additives in childhood: a review on consumption and health consequences (2022), Revista De Saúde Pública
- Easy, affordable and healthy eating tips I UNICEF
- How to raise a healthy eater I UNICEF
Editor: Rheinhard, S.Gz., RD