GERD dan Anxiety: Saat Gangguan Fisik dan Mental Bertemu

Istilah GERD atau gangguan asam lambung kemungkinan sudah tidak asing bagi sebagian orang. Berdasarkan data Journal of Clinical Gastroenterology, prevalensi GERD di Indonesia meningkat dari 61,8% pada 2019 menjadi 67,9% pada tahun 2021. Angka ini menunjukkan bahwa GERD sudah mulai menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. GERD memberikan dampak pada kesehatan fisik seseorang, seperti nyeri pada bagian perut atas, mual, dan muntah. Akan tetapi, tidak disangka-sangka bahwa GERD juga dapat berdampak pada kondisi mental seseorang. Lantas, bagaimana kejelasan hubungan tersebut? Simak penjelasan dalam artikel berikut ini!

Mengenal Lebih Jauh tentang GERD

mengenal-tentang-gerd
Sumber : freepik

GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) merupakan kondisi ketika Lower Esophageal Sphincter (LES), yakni otot yang berfungsi untuk mencegah naiknya asam lambung ke kerongkongan melemah. Akibatnya, cairan asam lambung dapat naik ke esophagus dan menimbulkan gejala khas seperti heartburn (sensasi terbakar di dada yang bisa disertai rasa nyeri dan perih), munculnya rasa asam dan pahit di lidah, nyeri di perut bagian atas, serta kesulitan menelan.

Anxiety Bukan Cuma Gugup Biasa, Lalu Apa? 

anxiety-gugup-biasa
Sumber : freepik

Anxiety atau kecemasan adalah kondisi ketika seseorang merasakan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, dan ketidaknyamanan yang muncul sebagai respon terhadap peristiwa atau situasi yang mengancam, baik yang realistis maupun khayalan, dan seringkali mengganggu fungsi fisik dan psikologis. Gejala fisik yang seringkali dirasakan antara lain sakit kepala, kehilangan nafsu makan, sakit pada perut, sulit tidur, diare, dan nyeri otot. 

Apakah ada Hubungan antara GERD dan Anxiety?

Berdasarkan definisi di atas, GERD dan anxiety terlihat seperti dua hal yang berbeda, namun terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dua kondisi ini. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Journal of Neurogastroenterology and Motility menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah antara GERD dan anxiety. Kecemasan dan depresi dapat memicu atau memperburuk gejala GERD misalnya dengan menurunkan tekanan LES atau meningkatkan persepsi nyeri. Sebaliknya, gejala GERD yang menetap juga dapat menyebabkan atau memperparah kecemasan dan depresi.

Penelitian lain dari Plos One juga menemukan bahwa tingkat stres atau kecemasan mempengaruhi intensitas gejala GERD. Individu dengan tingkat stres sedang hingga tinggi berisiko lebih besar mengalami gejala GERD dibandingkan mereka yang tingkat stresnya rendah. Ini menunjukkan bahwa gejala GERD yang dirasakan mungkin tidak hanya disebabkan oleh refluks asam lambung semata, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi mental seperti kecemasan atau anxiety.

Stres atau kecemasan dapat menurunkan produktivitas tubuh dan menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem pencernaan. Hal ini dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memicu kekambuhan gejala GERD. 

Gejala GERD Anxiety

GERD anxiety ditandai dengan sejumlah oleh sejumlah gejala yang dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Berikut adalah gejala-gejala umum yang sering terjadi :

  1. Heartburn (rasa terbakar di dada) : Sensasi panas atau terbakar di dada bagian tengah, yang dapat menjalar ke tenggorokan. Stress dapat membuat kerongkongan lebih sensitif, sehingga sensasi terbakar di dada terasa lebih kuat.
  2. Regurgitasi : Munculnya rasa asam dan pahit di tenggorokan akibat naiknya cairan asam lambung ke kerongkongan, yang cenderung lebih parah saat stress karena gangguan pada saluran cerna dan melemahnya katup lambung.
  3. Nyeri dada (Chest pain) : Gejala ini sangat terkait dengan stress. Kecemasan dapat meningkatkan persepsi nyeri dan memperburuk kontraksi otot esofagus.
  4. Sendawa berlebihan (Burping) : Gejala ini disebabkan oleh aerofagia (menelan udara secara berlebihan), yang dapat meningkat saat seseorang merasa cemas atau stres.
  5. Batuk (Cough) : Batuk dapat disebabkan oleh iritasi saluran nafas akibat naiknya asam lambung, dan diperburuk oleh stres yang memicu hipersensitivitas saraf pernafasan dan lambung.
  6. Gangguan tidur : Gejala GERD seperti nyeri pada perut bagian atas dan regurgitasi cenderung memburuk di malam hari, sehingga mengganggu kualitas tidur. Kurangnya tidur dapat memperparah kecemasan.
  7. Mual dan muntah : Kecemasan dapat memicu timbulnya gejala GERD melalui mekanisme brain-gut axis, yaitu komunikasi timbal balik antara sistem saraf pusat, otonom, dan saraf enterik (pencernaan) yang menyebabkan peningkatan produksi asam lambung. Apabila terjadi peningkatan asam lambung dan melemahnya katup antara kerongkongan dan lambung, dapat menyebabkan naiknya isi lambung ke kerongkongan sehingga menimbulkan gejala GERD, salah satunya adalah mual dan muntah.

3 Cara Mengatasi GERD Anxiety

Untuk mengurangi gejala GERD Anxiety, beberapa langkah sederhana namun efektif dapat dilakukan. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan:

1. Pengobatan Medis

Kombinasi obat penghambat pompa proton (seperti pantoprazole) dan antidepresan trisiklik (seperti amitriptilin) telah terbukti efektif untuk menangani GERD yang disertai kecemasan. Namun, penggunaan obat ini harus berdasarkan resep dan pengawasan dokter.

2. Memperbaiki Pola Hidup dan Pola Makan

Menjaga berat badan ideal, menghindari makanan yang dapat merangsang GERD (seperti coklat, minuman mengandung kafein, alkohol, dan makanan berlemak – asam pedas), membatasi makan malam paling lambat 2-3 jam sebelum tidur sangat penting. Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi kurang lebih 15-20 cm juga dapat membantu untuk mencegah naiknya asam lambung.

3. Manajemen Stres

Manajemen stres dapat dimulai dengan mengenali sumbernya dan menghindari hal-hal yang dapat memicu stres tersebut. Lakukanlah relaksasi seperti meditasi, olahraga ringan, dan membangun rutinitas harian yang sehat dan teratur.

Baca Juga: GERD dan Munculnya Rasa Lapar yang Tak Kunjung Hilang

Referensi

  1. Analisis Kualitas Hidup pada Pasien GERD Anxietas (2023), Jurnal Ilmiah Farmasi
  2. Anxiety in Patients with Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) (2022), International Conference of Psychology
  3. Association Between Anxiety and Depression and Gastroesophageal Reflux Disease: Results From a Large Cross-sectional Study (2018), Journal of Neurogastroenterology and Motility
  4. Anxiety: a Concept Analysis (2020), Frontiers of Nursing
  5. Buku Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri (2015), Graha Ilmu Yogyakarta
  6. Diagnosis dan Tatalaksana Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer (2017), Continuing Medical Education
  7. Presentative GERD dengan Education Stress Management Selama Pandemi Covid-19 di Manukan Surabaya (2021), Prosiding PKM-CSR
  8. The Association between Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) with Sleep Quality, Depression, and Anxiety in a Cohort Study of Australian Men (2017), Gastroenterol Hepatol Journal
  9. The Montreal Definition and Classification of Gastroesophageal Reflux Disease: a Global Evidence-Based Consensus (2006), Am J Gastroenterol.
  10. Prevalensi GERD di Indonesia Melonjak – Radio Republik Indonesia (RRI)
  11. The Association between Symptoms of Gastroesophageal Reflux Disease and Perceived Stress: A Countrywide Study of Sri Lanka (2023), Plos One

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *