Apa iya, Gula Buah Bukan Pengganti Gula yang Tepat?

Benarkah fruktosa atau gula buah adalah pengganti yang tepat bagi konsumen yang ingin mengurangi penggunaan gula pasir atau sukrosa? Bagaimana skema jalannya metabolisme tubuh dalam menggunakan fruktosa, padahal tubuh lebih mudah mencerna glukosa sebagai sumber energi utama? 

Dalam rangkaian persiapan pemerintah mengimplementasikan pajak gula pada minuman ber pemanis atau sugar sweetened beverages (SSB), banyak sorotan masyarakat ke bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai pilihan alternatif dari gula pasir (sukrosa). Dengan adanya kampanye bahaya gula, konsumen saat ini sudah cukup teredukasi untuk mulai peduli pada jenis dan jumlah konsumsi gula pada makanan dan minuman. 

Gula Buah (fruktosa) vs. Gula Pasir (Sukrosa)

Daun stevia, sebagai salah satu contoh pemanis alami, menjadi pengganti gula dalam minuman sehari-hari seperti teh dan kopi. Selain itu, buah-buahan juga banyak diminati masyarakat sebagai substitusi lebih sehat dari makanan manis. Gula pada buah dinamakan fruktosa yang memiliki intensitas kemanisan lebih manis daripada gula pasir atau sukrosa. 

Sumber: Sucrose, fructose, and Glucose Sugar – Difford’s Guide 

Pengolahan Fruktosa Pada Tubuh sebagai Sumber Energi 

Berdasarkan penelitian berjudul Fructose Metabolism yang dirangkum dalam Buku Biochemistry terbitan StatPearls menyatakan bahwa kedua gula ini jika diserap tubuh memiliki jalan metabolisme yang berbeda. Jika sukrosa dipecah dalam usus akan menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa akan melalui proses metabolisme langsung ke darah dan dapat digunakan sebagai sumber energi oleh otak dan otot, sedangkan sistem metabolisme fruktosa diproses di organ hati. Hasil metabolisme dari fruktosa akan berubah menjadi glukosa digunakan sebagai stok glikogen atau bentuk energi yang tersimpan dalam otot. 

Dampak Perbedaan Metabolisme Fruktosa dan Glukosa pada Tubuh Manusia 

Perbedaan jalannya metabolisme dari kedua tipe gula yang diserap tubuh menyebabkan perbedaan cara pakai gula sebagai sumber energi dan juga hasil sampingan yang terbentuk melalui metabolisme tersebut. Orang yang mengkonsumsi banyak sumber gula fruktosa berpotensi memiliki kondisi tinggi level trigliserida (hypertriglyceridemia), tinggi level kolesterol (hypercholesterolemia), tinggi level asam urat (hyperuricemia) dan glukosa darah (hyperglycemia). 

Kondisi ini lah yang secara berkelanjutan menyebabkan resistensi insulin sehingga tubuh berkurang kepekaannya dalam mendeteksi kadar gula darah diatas standar sehingga berkurangnya produksi hormon insulin untuk mengurangi level glukosa untuk kembali pada kondisi standar. 

Metabolisme Fruktosa dalam Tubuh. Sumber: Fructose Metabolism, Biochemistry

Jadi, konsumsi fruktosa dalam jumlah tinggi menyebabkan peningkatan penyerapan gula pada hati akibat resistensi insulin dan menyebabkan kondisi gula pada organ hati di atas standar normal. Bila hal ini dibiarkan berkepanjangan, akan menyebabkan penyakit seperti obesitas, diabetes melitus tipe 2 akibat resistensi insulin, sampai pada kondisi NAFLD atau Non-Alcoholic Fatty Liver Disease yang mengakibatkan sel-sel tubuh mengalami inflamasi dan kerja detoksifikasi tubuh tidak lagi dapat berjalan dengan efektif. 

Fruktosa Bukan Sumber Energi Utama

Tak dapat dipungkiri, meskipun memberikan jumlah kalori yang sama dengan glukosa, perbedaan jalan metabolisme di tubuh manusia, menjadikan fruktosa bukan pilihan yang tepat pengganti glukosa. Senyawa-senyawa sampingan yang dihasilkan tubuh selama memproses fruktosa agar dapat menjadi glukosa dan dengan mudah digunakan oleh sel tubuh, malah berpotensi mengakibatkan penumpukan lemak dan resistensi insulin pada hati.

Rekomendasi Konsumsi Fruktosa pada Diet 

Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi fruktosa baik yang tersedia secara alami maupun terkandung dalam makanan minuman yang diproses. Maka, jeli membaca label pangan menjadi hal penting dalam menjaga pola hidup sehat dengan benar. 

Selain menyebutkan bahayanya diet tinggi gula fruktosa, International Journal of Research Publications juga merilis sebuah pembuktian bahwa aktivitas olahraga juga dapat mendukung kerja hati. Olahraga yang rutin meski ringan berpotensi mengurangi penumpukan lemak pada hati, sedangkan aktivitas medium dalam berolahraga juga bermanfaat meningkatkan metabolisme hati untuk mencegah respon inflamasi. 

Perlu juga dipahami bahwa apapun tipe gula, terutama dalam bentuk monosakarida seperti glukosa dan fruktosa, bila dikonsumsi secara berlebihan tidak akan memberikan efek positif pada kesehatan tubuh.

Baca Juga: Yuk Kenali “Indonesia Sugar Tax” 2025: Apakah Sebuah Solusi Efektif Memberantas Tingginya Konsumsi Gula?

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Referensi: 

  1. High fructose consumption increases liver GLUT-2 expression and the benefits of exercise on the liver metabolism: A literature review. 2023: International Journal of Research Publications
  2. Biochemistry, Fructose Metabolism – StatPearls Publishing 
  3. Are All Sugars Created Equal? Let’s Talk Fructose Metabolism – American Society for Nutrition
  4. Sucrose, High-Fructose Corn Syrup, and Fructose, Their Metabolism and Potential Health Effects: What Do We Really Know?. 2013: Advanced in Nutrition. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *