Apakah Ada Hubungan Antara Epilepsi dengan Diabetes?

apakah-hubungan-antara-epilepsi-dengan-diabetes

Di dunia kesehatan, dua kondisi yang sering dibahas secara terpisah—epilepsi dan diabetes—ternyata memiliki kaitan yang lebih dalam daripada yang disadari banyak orang. Menurut penelitian dari Journal of Neurology, penderita diabetes tipe 1 memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk mengalami epilepsi dibandingkan populasi umum. Angka ini bukan sekadar kebetulan, melainkan petunjuk bahwa kedua kondisi ini mungkin berbagi mekanisme biologis yang sama.

Lalu, apa sebenarnya hubungan antara epilepsi dan diabetes? Dan bagaimana penderita kedua kondisi ini bisa menjaga keseimbangan tubuh, terutama di usia di atas 40 tahun?

Dua Kondisi yang Memiliki Akar Masalah yang Hampir Sama

Epilepsi, gangguan neurologis yang ditandai dengan kejang berulang, dan diabetes, penyakit metabolisme yang memengaruhi kadar gula darah, mungkin terlihat seperti dua kondisi yang sama sekali berbeda. Namun, keduanya memiliki titik temu yang menarik: peradangan kronis dan ketidakseimbangan metabolisme.

Menurut Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, peradangan kronis yang sering terjadi pada penderita diabetes dapat memengaruhi fungsi otak, meningkatkan risiko kejang. Di sisi lain, epilepsi juga dapat memengaruhi regulasi gula darah, menciptakan lingkaran setan yang memperburuk kedua kondisi.

Hubungan yang Rumit Antara Gula Darah dan Otak

Salah satu kunci hubungan antara epilepsi dan diabetes terletak pada fluktuasi gula darah. Hipoglikemia (gula darah rendah) dan hiperglikemia (gula darah tinggi) dapat memicu kejang pada penderita epilepsi. Sebaliknya, kejang yang tidak terkontrol juga dapat memengaruhi kadar gula darah, membuat manajemen diabetes semakin menantang.

Studi dari Epilepsy Research menunjukkan bahwa penderita epilepsi yang juga memiliki diabetes cenderung mengalami kejang yang lebih sering dan parah. Hal ini menegaskan pentingnya menjaga kestabilan gula darah, tidak hanya untuk mengelola diabetes tetapi juga untuk mengurangi risiko kejang.

Peran Insulin yang Lebih dari Sekedar Pengatur Gula Darah

Insulin, hormon yang berperan penting dalam mengatur gula darah, juga memiliki efek pada otak. Menurut Journal of Neuroscience, insulin membantu menjaga keseimbangan neurotransmiter, zat kimia yang berperan dalam komunikasi antar sel saraf. Ketidakseimbangan insulin, seperti yang terjadi pada diabetes, dapat mengganggu fungsi ini dan meningkatkan risiko kejang.

Bagi penderita diabetes yang juga mengalami epilepsi, manajemen insulin yang tepat menjadi krusial. Konsultasi dengan dokter atau ahli endokrinologi dapat membantu menemukan dosis dan jadwal yang sesuai, mengurangi risiko komplikasi dari kedua kondisi.

peran-insulin-lebih-dari-pengatur-gula-darah
Sumber: iStock

Strategi Menjaga Keseimbangan Tubuh bagi Penderita Epilepsi dan Diabetes

Bagi penderita epilepsi dan diabetes, menjaga keseimbangan tubuh adalah tantangan yang membutuhkan pendekatan holistik. Pertama, fokuslah pada pola makan seimbang yang kaya serat, protein, dan lemak sehat. Hindari makanan tinggi gula atau karbohidrat olahan, yang dapat menyebabkan fluktuasi gula darah drastis.

Kedua, pertahankan rutinitas olahraga ringan seperti jalan kaki atau yoga. Aktivitas fisik tidak hanya membantu mengontrol gula darah tetapi juga mengurangi stres, faktor pemicu kejang yang umum. Terakhir, pastikan untuk memantau kadar gula darah secara teratur dan mengikuti rencana pengobatan yang telah disusun oleh dokter.

Dengan memahami kaitan antara epilepsi dan diabetes, serta menerapkan tips untuk menjaga keseimbangan tubuh, penderita kedua kondisi ini bisa menjalani hidup yang lebih sehat dan berkualitas. Ingatlah bahwa kesehatan adalah perjalanan, dan setiap langkah kecil menuju pola hidup seimbang adalah investasi untuk masa depan.

Referensi

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *