Sugar rush adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan lonjakan energi berlebihan setelah anak mengonsumsi makanan manis. Banyak orang tua percaya bahwa setelah makan permen, cokelat, atau minuman bersoda, anak menjadi lebih aktif, sulit dikendalikan, bahkan sulit tidur. Namun, apakah benar gula bisa menyebabkan anak hiperaktif, atau ini hanya mitos yang berkembang di masyarakat? Artikel ini akan membahas fakta ilmiahnya, dampak konsumsi gula berlebih, serta cara mengelola asupan gula pada anak.
Sugar Rush: Fakta atau Persepsi?
Penelitian menunjukkan bahwa sugar rush lebih merupakan persepsi daripada kenyataan ilmiah. Sebuah studi dalam Journal of the American Medical Association (1994) menemukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi gula dan hiperaktivitas pada anak. Studi ini memberikan makanan berkadar gula tinggi dan rendah tanpa sepengetahuan anak dan orang tua mereka, tetapi tidak ditemukan perubahan perilaku yang berarti.
Lalu, mengapa banyak orang tua tetap yakin? Salah satu alasannya adalah faktor lingkungan. Anak-anak sering mengonsumsi makanan manis dalam situasi menyenangkan, seperti pesta atau bermain bersama teman, sehingga mereka terlihat lebih aktif. Orang tua mungkin mengaitkan perilaku tersebut dengan gula, padahal energi anak lebih dipengaruhi oleh suasana.
Namun, meski sugar rush tidak terbukti secara ilmiah, konsumsi gula berlebihan tetap perlu diwaspadai karena dapat berdampak negatif bagi kesehatan anak.
Dampak Konsumsi Gula Berlebih pada Anak
Meskipun sugar rush tidak terbukti secara ilmiah, konsumsi gula yang berlebihan tetap bisa menimbulkan berbagai dampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
1. Efek Jangka Pendek
- Lonjakan energi sementara: Gula memang dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan cepat, tetapi efek ini hanya sementara dan bisa diikuti oleh kelelahan atau penurunan energi.
- Gangguan tidur: Terlalu banyak gula, terutama di malam hari, dapat mengganggu kualitas tidur anak karena dapat meningkatkan produksi hormon stres seperti kortisol.
2. Efek Jangka Panjang
- Risiko obesitas: Gula berlebih, terutama dari makanan olahan dan minuman manis, dapat berkontribusi pada kenaikan berat badan yang tidak sehat.
- Masalah metabolisme: Konsumsi gula tinggi dikaitkan dengan resistensi insulin, yang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari.
- Kesehatan gigi: Gula merupakan penyebab utama kerusakan gigi dan gigi berlubang pada anak-anak.
Karena itu, mengatur asupan gula anak menjadi hal penting agar mereka tetap sehat tanpa harus menghilangkan kesenangan menikmati makanan manis.
Cara Mengelola Konsumsi Gula Anak
Sebagai orang tua, penting untuk tidak hanya mengurangi gula tetapi juga menggantinya dengan alternatif yang lebih sehat. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Batasi asupan gula tambahan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar konsumsi gula tambahan pada anak tidak lebih dari 10% dari total asupan kalori harian mereka. Bahkan, jika memungkinkan, batas konsumsi gula sebaiknya ditekan hingga 5% dari total kalori harian untuk manfaat kesehatan yang lebih baik. Hindari memberi anak minuman bersoda, permen dalam jumlah berlebihan, atau makanan olahan tinggi gula yang tidak memberikan manfaat gizi.
2. Pilih camilan sehat
Alih-alih memberikan makanan dengan tambahan gula tinggi, berikan anak buah segar, yogurt tanpa pemanis, atau camilan berbahan dasar gandum utuh yang mengandung serat tinggi. Pilihan lain termasuk selai kacang alami, kacang-kacangan, atau granola rendah gula yang tetap lezat dan bernutrisi.
3. Perhatikan label makanan
Banyak produk yang tampaknya sehat tetapi mengandung gula tersembunyi, seperti sereal sarapan, saus, dan jus buah kemasan. Pastikan untuk membaca label gizi sebelum membeli. Periksa kandungan “gula tambahan” dalam daftar bahan dan hindari produk yang mencantumkan sirup jagung tinggi fruktosa, sukrosa, atau glukosa dalam jumlah besar.
4. Bangun kebiasaan makan sehat
Edukasi anak tentang pentingnya makanan bergizi seimbang sangatlah penting. Mengajarkan mereka untuk memilih makanan sehat sejak dini dapat membantu membentuk kebiasaan baik di masa depan. Salah satu cara efektif adalah dengan melibatkan anak dalam proses memasak dan memilih bahan makanan sehat agar mereka lebih tertarik untuk mengonsumsinya.
5. Jangan jadikan gula sebagai hadiah
Banyak orang tua menggunakan makanan manis sebagai hadiah atau bentuk penghargaan atas perilaku baik anak. Hal ini bisa memperkuat kebiasaan makan yang kurang sehat dan membuat anak lebih sulit mengurangi konsumsi gula di kemudian hari. Sebagai gantinya, berikan pujian, aktivitas bersama, atau hadiah non-makanan seperti mainan kecil atau buku sebagai bentuk apresiasi.
Sugar rush mungkin lebih merupakan mitos daripada kenyataan ilmiah, tetapi bukan berarti konsumsi gula bisa diabaikan begitu saja. Terlalu banyak gula tetap dapat berdampak negatif bagi kesehatan anak, terutama dalam jangka panjang. Dengan memahami fakta ilmiah, membatasi konsumsi gula, serta menggantinya dengan alternatif yang lebih sehat, orang tua dapat membantu anak tetap aktif dan sehat tanpa harus bergantung pada gula berlebihan. Jadi, daripada khawatir dengan sugar rush, lebih baik fokus pada pola makan seimbang yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Baca Juga: Gluten-Free untuk Anak: Sehat atau Berbahaya?
Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien
Referensi :
- Hubungan Konsumsi Makanan Manis sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas pada Anak di 9 Sekolah Dasar Kota Manado (2020), e-CliniC
- Dampak Kelebihan Gula pada Anak terhadap Tumbuh Kembangnya – Alodokter
- Konsumsi Gula Berlebih di Masa Kecil Berdampak Seumur Hidup – Kompas.com
- Sugar Rush pada Anak dan Kaitannya dengan Perilaku Hiperaktif – Alodokter