Tren Diet Turun 10 Kg dalam 2 Bulan, Apakah Aman?

Tren Diet Turun 10kg

“Turun 10 kg dalam 2 bulan!”, kalimat ini terdengar menggoda dan sering kali kita temukan di media sosial, iklan suplemen, atau testimoni influencer. Banyak orang tergiur mencoba berbagai tren diet ekstrem demi angka timbangan yang cepat turun. Tapi, apakah penurunan berat badan secepat ini benar-benar aman untuk kesehatan? Berikut ini, kita akan membedah fakta ilmiah di balik tren diet cepat turun berat badan, potensi risiko yang bisa terjadi, serta bagaimana cara menurunkan berat badan dengan cara yang sehat dan berkelanjutan.

Mengapa Banyak Orang Tertarik Turun BB Cepat?

Sumber: Pixabay

Tidak dapat dipungkiri, bahwa keinginan menurunkan berat badan secara cepat kerap muncul. Misalnya saat menjelang acara penting seperti pernikahan, reuni, atau liburan. Diet yang diklaim bisa “turun 10 kg dalam waktu singkat” terdengar sangat menarik, terlebih ketika disertai dengan testimoni visual. 

Penurunan berat badan secara ekstrem sering kali dipicu oleh obsesi individu terhadap tubuh ideal. Ini berkaitan erat dengan persepsi diri atau body image, yaitu bagaimana seseorang melihat dan menilai bentuk tubuhnya sendiri.

Hal tersebut juga dijelaskan dalam jurnal Amerta Nutrition, bahwa diet ekstrem biasanya dihadapi oleh seseorang ketika mendapatkan tekanan sosial mengenai citra tubuh, yang kemudian bisa mempengaruhi mental mereka. 

Akan tetapi, meskipun penurunan berat badan cepat bisa membuat kita puas dengan angka timbangan, perlu diketahui bahwa ini tidak selalu identik dengan pembakaran lemak. Menurut studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health, penurunan berat badan di awal sering kali mencakup pengurangan yang signifikan terhadap total air dalam tubuh, yang bisa menyesatkan persepsi kehilangan lemak. 

Metode Diet Cepat: Efektif atau Berisiko?

Sumber: Pixabay

Berdasarkan rekomendasi dari Kemenkes RI, penurunan berat badan yang dianjurkan secara medis yakni sekitar 0,5 hingga 1 kg per minggu. Artinya, meskipun keinginan untuk cepat langsing sangat besar, kamu tetap perlu bersikap sabar dan konsisten dalam menjalani proses diet hingga berat badan ideal tercapai. 

Penurunan berat badan yang terlalu cepat berisiko menyebabkan:

  • Kehilangan massa otot
  • Kekurangan gizi
  • Dehidrasi
  • Gangguan metabolisme
  • Efek yo-yo (berat naik-turun drastis)
  • Risiko penyakit berbahaya

Selain itu, mengikuti tren diet ekstrem juga dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti meningkatnya kecemasan terhadap makanan dan tubuh sendiri. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.

Tubuh yang tidak mendapatkan asupan energi dan gizi yang cukup, juga rentan mengalami kelelahan kronis, sulit berkonsentrasi, hingga gangguan hormonal seperti haid tidak teratur pada perempuan. 

Beberapa metode diet populer yang sering kali menjanjikan penurunan 10 kg dalam 2 bulan antara lain:

  • Very Low Calorie Diet (VLCD), biasanya di bawah 800 kalori per hari. Diet ini hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan medis karena bisa menyebabkan gangguan elektrolit dan kehilangan otot.
  • Puasa intermiten ekstrem. Misalnya, metode OMAD (One Meal A Day) atau puasa 24 jam beberapa kali dalam seminggu. Meski bisa efektif, namun efek samping yang bisa ditimbulkan dapat berupa kelelahan, mudah lapar, dan risiko kekurangan gizi.
  • Diet detoks atau jus saja. Meskipun tampak “sehat”, diet ini sering kali kekurangan protein, serat, dan lemak esensial. Turunnya berat badan lebih banyak karena kehilangan air daripada lemak.
  • Penggunaan pil diet atau suplemen pembakar lemak. Banyak produk seperti ini yang tidak teruji secara klinis dan bisa menyebabkan gangguan jantung, ginjal, dan liver.

Apakah Turun 10 Kg dalam 2 Bulan Mungkin Dilakukan?

Sumber: Pixabay

Secara teori, menurunkan 10 kg dalam 2 bulan mungkin saja dilakukan jika seseorang memiliki berat badan awal yang sangat tinggi dan mengatur pola makan serta olahraga dengan ketat. Namun, metode yang digunakan tetap harus sehat, seperti:

  • Defisit kalori moderat (500–750 kalori/hari)
  • Aktivitas fisik rutin (30-60 menit/hari) 
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang
  • Tidur cukup dan manajemen stres

Yang terpenting, jangan tergiur hasil instan. Fokuslah pada penurunan lemak tubuh, bukan hanya angka di timbangan. 

Utamakan Kesehatan, Bukan Kecepatan

Tren diet turun 10 kg dalam 2 bulan bisa terdengar menarik, tapi penting untuk bertanya: Apakah ini sehat? Apakah bisa bertahan lama? Diet untuk menurunkan berat badan secara sehat perlu dilakukan dengan pendekatan yang realistis, seimbang, dan didampingi oleh tenaga kesehatan seperti ahli gizi. 

Alih-alih fokus pada angka timbangan, lebih baik berfokus pada pembentukan kebiasaan makan yang sehat, aktif bergerak, tidur cukup, dan menjaga kesehatan mental. Pola hidup sehat yang konsisten tentu akan jauh lebih efektif untuk mempertahankan berat badan ideal dibandingkan diet ekstrem yang hanya berlangsung sementara.

Dengan pendekatan yang menyeluruh, hasil yang dicapai tidak hanya lebih aman, tetapi juga lebih bertahan dalam jangka panjang tanpa membahayakan tubuh. Ingat, berat badan ideal tidak hanya soal angka, tetapi juga kualitas hidup dan kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Baca juga: Awas, Diet Sembarangan Bisa Picu Sembelit! Ini Solusinya

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Referensi

  1. Hubungan Fad Diet, Citra Tubuh, Stres, Tekanan Teman Sebaya dengan Gangguan Makan pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun (2024), Amerta Nutrition
  2. Loss of Skeletal Muscle Mass and Intracellular Water as Undesired Outcomes of Weight Reduction in Obese Hyperglycemic Women: A Short-Term Longitudinal Study (2022), International Journal of Environmental Research and Public Health
  3. Diet Menurunkan Berat Badan (2022), Kementerian Kesehatan RI
  4. Body Dissatisfaction dan Perilaku Diet pada Remaja Perempuan (2019), Jurnal Psibernetika
  5. 6 Latihan Fisik yang Bisa Dilakukan di Rumah (2022), Kementerian Kesehatan RI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *