Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, sekitar 60% pekerja kantoran di Indonesia mengeluhkan nyeri otot dan pegal-pegal akibat aktivitas harian yang monoton. Di tengah kesibukan kerja, banyak orang mencari solusi instan, salah satunya adalah kerokan—tradisi yang telah lama diyakini dapat meredakan pegal. Namun, benarkah kerokan efektif secara medis? Ataukah ini hanya sekadar placebo effect yang diwariskan turun-temurun? Mari kita telusuri lebih dalam.
Tradisi Kerokan yang Erat dalam Budaya Lokal
Kerokan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia, terutama di Jawa. Prosesnya sederhana yaitu menggunakan alat seperti koin atau sendok, kulit digosok hingga muncul tanda merah yang dianggap sebagai “angin” atau “dampak buruk” yang keluar dari tubuh. Bagi banyak orang, kerokan memberikan rasa lega dan nyaman setelahnya, seolah-olah beban pegal telah hilang.
Namun, dari sudut pandang medis, kerokan sebenarnya menimbulkan microtrauma pada pembuluh darah kapiler di bawah kulit. Menurut Dr. William H. Shiel Jr., seorang ahli reumatologi, tanda merah yang muncul adalah hasil dari pecahnya pembuluh darah kecil, bukan keluarnya “angin” seperti yang dipercaya secara tradisional.
Efek Kerokan pada Tubuh: Bermanfaat atau Justru Berisiko?
Secara psikologis, kerokan dapat memberikan efek placebo yang kuat. Rasa nyaman dan lega yang dirasakan seringkali berasal dari keyakinan bahwa “angin” telah dikeluarkan. Namun, secara fisiologis, kerokan tidak benar-benar mengatasi akar masalah pegal-pegal. Pegal yang dialami pekerja kantoran umumnya disebabkan oleh ketegangan otot akibat postur tubuh yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, atau stres.
Selain itu, kerokan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Complementary and Alternative Medicine, kerokan dapat menyebabkan iritasi kulit, infeksi, atau bahkan kerusakan jaringan jika dilakukan terlalu keras. Bagi mereka dengan kondisi kulit sensitif atau gangguan pembekuan darah, kerokan sebaiknya dihindari.
Aktivitas Fisik dan Perbaikan Postur Menjadi Alternatif yang Lebih Sehat
Daripada mengandalkan kerokan, ada beberapa cara yang lebih sehat dan efektif untuk mengurangi pegal-pegal, terutama bagi pekerja kantoran.
1. Perbaikan Postur Tubuh
Postur tubuh yang buruk adalah penyebab utama pegal, terutama di area leher, bahu, dan punggung. Menurut American Chiropractic Association, duduk dengan posisi tegak dan menghindari membungkuk dapat mengurangi ketegangan pada otot. Pastikan layar komputer setinggi mata, kursi ergonomis, dan kaki menapak rata di lantai.
2. Peregangan Rutin
Melakukan peregangan ringan setiap 1-2 jam dapat membantu melancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan otot. Gerakan sederhana seperti memutar bahu, meregangkan leher, atau berdiri sejenak sangat efektif. Menurut studi dari Harvard Medical School, peregangan rutin dapat mengurangi risiko nyeri otot hingga 30%.
3. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik seperti yoga, pilates, atau berjalan kaki selama 30 menit sehari telah terbukti efektif mengurangi pegal dan meningkatkan kebugaran secara keseluruhan. Olahraga tidak hanya membantu mengendurkan otot yang tegang tetapi juga meningkatkan produksi endorfin, hormon yang mengurangi rasa sakit dan meningkatkan suasana hati.
4. Manajemen Stres
Stres dapat memperburuk ketegangan otot. Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau pijat ringan dapat membantu mengurangi stres dan mencegah pegal. Manajemen stres yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas.
Kerokan mungkin memberikan rasa nyaman sesaat, tetapi bukan solusi jangka panjang untuk mengatasi pegal-pegal. Bagi pekerja kantoran yang sibuk, menjaga kebugaran melalui aktivitas fisik, perbaikan postur, dan manajemen stres adalah langkah yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Tradisi seperti kerokan memang memiliki nilai budaya dan psikologis yang kuat, namun penting untuk mempertimbangkan aspek kesehatan secara holistik. Dengan menggabungkan kebijaksanaan tradisional dan pengetahuan medis modern, seseorang dapat menemukan keseimbangan yang tepat untuk menjaga tubuh tetap sehat dan produktif.
Baca juga: Postur Tubuh dan Kualitas Tidur: Mengapa Keduanya Berpengaruh pada Kesehatan?
Referensi
- Profil Kesehatan Indonesia. (2022). Kementerian Kesehatan RI
- Understanding Muscle Pain and Strain. (2001). Lippincot Williams & Wilkins
- Maintaining Good Posture – American Chiropractic Association
- Gua Sha Therapy for Chronic Low Back Pain. (2020). Medicine
- Stretching: Stretches for the Whole Body to Improve Fexibility and Reduce Pain (2023). Harvard Medical School