Makan Siang Gratis Atasi Stunting, Apakah Tepat?

Pemilu tinggal menghitung hari. Masa kampanye telah berakhir. Saatnya para pemilih menentukan pilihan dari hasil pemaparan kampanye. Program para capres masih hangat diperbincangkan.

Salah satu program yang masih hangat diperbincangkan adalah program pasangan calon presiden Prabowo-Gibran terkait program makan siang gratis. Pasangan capres nomor urut 2 memiliki program untuk anak sekolah dan satri, serta bantuan gizi untuk ibu hamil.1

“Program unggulan saya adalah memberi makan per semua anak Indonesia dan protein, susu terutama.” Lebih lanjut ia mengatakan “Ini kami yakin adalah jawaban untuk segera menuntaskan masalah stunting, memperkuat dan meningkatkan kemampuan prestasi akademis generasi penerus kita, dan menyerap hasil produksi pertanian rakyat kita,” papar Prabowo dalam diskusi bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), 4 Januari 2024.2

Sebelumnya, dalam acara Dialog Publik Muhammadiyah bersama Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka di Universitas Muhammadiyah Surabaya (24 November 2023) Prabowo menjelaskan bahwa ia optimis program pemberian makan siang dan susu gratis bagi anak Indonesia. Pasangan calon nomor urut 02 tersebut memaparkan bahwa pemberian makan siang dan susu gratis sebanyak satu kali saat makan siang dapat menurunkan stunting hingga < 10% bahkan mendekati 0%, jika protein dalam makanan tersebut tercukupi.3

Tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%.2

Apa Itu Stunting?

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar (pendek). Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak dan meningkatkan risiko terkena penyakit sehingga menurunkan kualitas generasi penerus. Beberapa faktor langsung penyebab stunting adalah:2

  1. Asupan gizi anak, terutama protein, tidak memenuhi kebutuhan pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK)/usia 0 – 24 bulan
  2. Anak terkena penyakit infeksi berulang pada 1000 HPK
  3. Kondisi khusus bayi seperti berat badan lahir rendah
  4. Kondisi ibu saat hamil seperti status gizi ibu rendah

Perlu diketahui WHO mengatakan bahwa stunting adalah kondisi irreversible atau tidak dapat dirubah. Artinya, anak yang terkena stunting tidak dapat diobati lagi jika sudah lebih dari usia 2 tahun.

Baca juga: Simak Penjelasan Singkat Perbedaan Wasting dan Stunting

Makan Siang Gratis Tidak Cukup Mengatasi Stunting

Makan siang gratis bagi anak sekolah dan santri sebenarnya adalah program yang baik mendukung kualitas gizi anak Indonesia. Pemberian makan siang bagi anak sekolah sudah banyak diteliti di Indonesia dan menunjukkan hasil baik yaitu adanya peningkatan status gizi anak.3 Pemberian makan siang juga terbukti mengurangi prevalensi anemia pada anak sekolah, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan nilai kognitif, meningkatkan kemampuan belajar baik disekolah maupun luar sekolah, hingga meningkatkan jumlah kehadiran siswa/i per harinya.4,5,6

Pertanyaannya, apakah program ini dapat mengatasi stunting yang masih menjadi masalah utama di Indonesia?

Pemberian makan siang gratis bagi siswa disertai bantuan gizi ibu hamil yang digambarkan dapat menurunkan prevalensi stunting tidaklah cukup mengatasi masalah ini jika tidak disertai pemantauan gizi pada anak usia 0 – 24 bulan. Fokus utama dalam penanganan stunting seharusnya dimulai dari anak lahir hingga usia 24 bulan (1000 Hari Pertama Kehidupan) yang kemudian disertai dukungan gizi pada kelompok lainnya seperti:

  1. Skrining anemia dan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) untuk kelompok remaja perempuan
  2. Pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan bagi kelompok ibu hamil
  3. Dukungan dan pemantauan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif bagi kelompok ibu menyusui
  4. Edukasi dan pemantauan praktik pemberian MPASI bagi orang tua
  5. Pemantauan gizi dan pemberian makanan untuk anak sekolah
  6. Dukungan gizi dasar lainnya seperti penyediaan air minum dan sanitasi, peningkatan akses pangan bergizi, peningkatan pelayanan kesehatan, hingga peningkatan pendidikan dan akses pekerjaan

Kelompok usia 0-24 bulan merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi masa ini bersifat permanen, tidak dapat dikoreksi. Pemantauan dan intervensi gizi pada ibu, baik sebelum maupun saat hamil, serta pemantauan dan intervensi gizi pada anak usia 0 – 24 bulan harus menjadi fokus utama dalam penanganan stunting. Penerapan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), imunisasi, pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI berkualitas, serta program pemantauan tumbuh kembang anak pada kelompok usia 0 – 24 bulan harus menjadi evaluasi dalam penanggulangan kejadian stunting.7

Kesimpulan

Program ini tidak sepenuhnya salah, melainkan tidak cukup jika tidak dilakukan dengan program berkesinambungan lainnya. Pemilihan menu makan yang akan disajikan juga perlu diperhatikan komposisinya serta bahan makanannya. 

Pada akhirnya, pemberian makan siang gratis kepada anak sekolah diharapkan dapat menjadi sarana untuk anak mengenali makanan khas Indonesia dan produk olahan lokal hingga menjadi pemahaman baru bahwa makanan yang sehat bukan dari makanan yang mahal, melainkan makanan yang seimbang komposisinya. Makanan sehat tidak sulit didapat, justru dapat ditemui dengan mudah di pasar. Tentunya, makanan sehat tetap bisa memiliki rasa yang enak.

Baca juga: Susu UHT untuk Cegah Anak Stunting, Apakah Tepat?

Penulis : Salma Hanifah Mawardi, S.Gz  | Editor : Lisa Rosyida, S.Gz, RD dan Ulfa Ratriana, S.Gz | Sumber gambar : antaranews

Referensi:

  1. https://jambi.antaranews.com/berita/558429/prabowo-akan-beri-829-juta-rakyat-makan-siang-gratis-dan-bantuan-gizi 
  2. BeritaSatu. “Prabowo Paparkan 3 Program Unggulan Saat Diskusi Bersama PWI.” Youtube. 4 Jan. 2024, https://www.youtube.com/watch?v=ridourY6xO8&t=7s 
  3. https://kesira.id/prabowo-program-makan-siang-gratis-bebaskan-indonesia-dari-stunting/ 
  4. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonsia; 2022.
  5. UNICEF. UNICEF’S Approach to Scaling Up Nutrition. 2012
  6. Kusumawati, D., Rimbawan, IE. Pengaruh Program Makan Siang terhadap Asupan Makanan, Status Anemia dan Perilaku Gizi Santri Perempuan. Jurnal MKMI. 2019;15(1):7-17.
  7. Muslimatun, S., Fahmida, U., Maskar, D. H., Phan Ju Lan, M. C., & Izushi, K. Nutrition and Health Status and Cognitive Performance of School Children in Jakarta and Tangerang Receiving World Food Program – Nutrition Rehabilitation Programme (Wfp-Nrp). Gizi Indonesia. 2014;29(1).
  8. Wisniewski, S. L. Child Nutrition, Health Problems, and School Achievement in Sri Lanka. World Development. 2010;38(3):315–332.
  9. World Food Programme. Indonesia, Local Food Based School Meal Programme: an evaluation. 2016. Retrieved from https://www.wfp.org/publications/indonesia-local-foodbased-school-meal-programme-evaluation
  10. Rahayu, A., Yulidasari A., Putri, AO., dan Anggraini, L. Study Guide Stunting dan Upaya Pencegahannya. CV Mine: Yogyakarta. 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *