“Alat masak ajaib yang bisa menggoreng tanpa minyak,” begitu air fryer sering dipromosikan. Namun, belakangan beredar kabar mengkhawatirkan bahwa penggunaan air fryer dapat memicu kanker. Sebuah survei oleh Health and Nutrition Journal menemukan bahwa 42% konsumen merasa ragu setelah mendengar klaim tersebut. Benarkah alat yang disebut-sebut sebagai solusi masak sehat ini justru berbahaya?
Memahami Prinsip dan Cara Kerja Air Fryer
Air fryer bekerja dengan mengedarkan udara panas bersuhu tinggi di sekitar makanan, menciptakan tekstur renyah yang mirip dengan deep frying tetapi dengan sedikit minyak atau bahkan tanpa minyak sama sekali. Proses ini, yang dikenal sebagai Maillard reaction, memang menghasilkan warna kecokelatan yang menggugah selera. Namun, reaksi kimia inilah yang menjadi sumber kontroversi.
Menurut European Food Safety Authority (EFSA), memasak makanan bertepung pada suhu tinggi dapat memicu pembentukan acrylamide—senyawa yang diklasifikasikan sebagai potentially carcinogenic oleh International Agency for Research on Cancer (IARC). Namun, penting dicatat bahwa acrylamide tidak hanya dihasilkan oleh air fryer. Metode masak tradisional seperti menggoreng, memanggang, atau membakar juga berpotensi menghasilkan senyawa yang sama.
Air Fryer vs Metode Memasak Lain
Sebuah studi dari Journal of Food Science membandingkan kadar acrylamide pada kentang goreng yang dimasak dengan berbagai metode. Hasilnya menunjukkan bahwa deep frying menghasilkan acrylamide tertinggi (248 µg/kg), diikuti oleh air fryer (204 µg/kg), dan oven konvensional (162 µg/kg). Angka ini masih di bawah batas aman yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA), yaitu 500 µg/kg untuk produk olahan kentang.
Artinya, risiko acrylamide dari air fryer memang ada, tetapi tidak lebih tinggi daripada menggoreng dengan minyak banyak. “Yang perlu diperhatikan adalah suhu dan durasi memasak,” jelas Dr. Anna Richardson, ahli gizi dari Culinary Nutrition Institute. “Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu memasak, semakin besar potensi terbentuknya senyawa berbahaya.”
Tips Memasak yang Aman Menggunakan Air Fryer
Pemilik air fryer tidak perlu panik. Beberapa langkah sederhana bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko. Pertama, hindari memasak makanan bertepung seperti kentang atau roti pada suhu di atas 180°C. Kedua, rendam kentang dalam air selama 15-30 menit sebelum dimasak untuk mengurangi kandungan gula yang menjadi pemicu acrylamide.
Yang sering dilupakan, pemilihan bahan makanan juga berpengaruh. Kentang segar dengan kadar gula rendah lebih aman dibanding kentang yang sudah disimpan lama. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa menambahkan sedikit minyak zaitun bisa mencegah pembentukan acrylamide berlebihan—ironisnya, justru dengan menambahkan sedikit minyak yang selama ini dihindari pengguna air fryer.
Bagaimana dengan Perspektif Ahli?
Profesor Liam Chen dari Department of Food Science and Technology di University of California menyatakan bahwa kekhawatiran berlebihan terhadap air fryer tidak berdasar. “Risiko kanker dari acrylamide dalam makanan masih jauh lebih rendah dibanding faktor lain seperti merokok atau polusi udara,” tegasnya.
Pernyataan ini sejalan dengan data World Health Organization yang menunjukkan bahwa faktor gaya hidup seperti konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, dan diet tidak seimbang memberikan kontribusi lebih signifikan terhadap risiko kanker dibanding metode memasak tertentu.
Inovasi Masa Depan yang Lebih Aman
Produsen alat rumah tangga sudah mulai merespons kekhawatiran konsumen. Beberapa model terbaru dilengkapi dengan fitur smart temperature control yang mencegah suhu terlalu tinggi, serta timer otomatis untuk memastikan makanan tidak terlalu lama terpapar panas. Teknologi seperti ini diharapkan bisa mengurangi potensi pembentukan senyawa berbahaya tanpa mengorbankan kualitas makanan.
Di sisi lain, edukasi kepada konsumen tetap penting. Banyak pengguna air fryer yang tidak menyadari bahwa alat ini sebenarnya sangat serbaguna—tidak hanya untuk menggoreng, tapi juga memanggang, mengukus, atau sekadar menghangatkan makanan. Dengan memvariasikan metode memasak, risiko kesehatan bisa lebih diminimalkan.
Selalu Bijak dalam Menggunakan Teknologi Dapur
Klaim bahwa air fryer menyebabkan kanker ternyata terlalu disederhanakan. Alat ini memang memiliki potensi risiko seperti halnya metode memasak lainnya, tetapi dengan penggunaan yang tepat, risikonya dapat dikelola.
Daripada menghindari air fryer sama sekali, lebih baik mempelajari cara mengoptimalkan penggunaannya. Setelah semua, setiap teknologi dapur—dari kompor gas hingga microwave—memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kuncinya terletak pada pemahaman yang seimbang antara kemudahan, kesehatan, dan kenikmatan makanan.
Mungkin yang lebih penting dari pertanyaan “apakah air fryer menyebabkan kanker” adalah “bagaimana membuat setiap masakan tidak hanya enak, tetapi juga lebih baik untuk kesehatan jangka panjang”. Dengan pendekatan ini, alat masak modern seperti air fryer bisa tetap menjadi sekutu di dapur, bukan musuh yang ditakuti.
Baca Juga: Benarkah Air Rebusan Mie Instan Harus Dibuang?
Referensi
- Effect of Pretreatments and Air-Frying, A Novel Technology, on Acrylamide Generation in Fried Potatoes (2015), Journal of Food Science
- Effect of Some Pre-Treatments on Acrylamide Concentration of in Potato Chips (2015), Annals of Agricultural Science
- Dietary Acrylamide Exposure and Risk of Site-Specific Cancer: A Systematic Review and Dose-Response Meta-Analysis of Epidemiological Studies (2022), Frontiers in Nutrition
- Dietary acrylamide and the Risk of Pancreatic Cancer in the International Pancreatic Cancer Case–Control Consortium (PanC4) (2016), Annals of Oncology