Di tengah rutinitas yang semakin sibuk, pola makan sering kali menjadi korban pertama. Banyak orang memilih untuk makan dengan cepat demi mengejar jadwal harian. Namun, pertanyaannya adalah, apakah kecepatan makan berdampak pada kesehatan seseorang?
Penelitian telah menunjukkan hubungan erat antara kebiasaan makan cepat dan risiko berbagai masalah kesehatan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam BMJ Open menemukan bahwa makan dengan kecepatan tinggi meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik. Salah satu alasan di balik temuan ini adalah bahwa makan dengan cepat dapat mengganggu mekanisme alami tubuh dalam mengatur rasa kenyang. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 20 menit setelah makan dimulai, sehingga individu yang makan dengan cepat cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori sebelum tubuh menyadari sudah cukup.
Hubungan Kecepatan Makan dengan Pencernaan
Selain dampaknya pada berat badan, kecepatan makan juga memengaruhi sistem pencernaan. Makanan yang dikunyah secara terburu-buru sering kali tidak tercerna dengan baik, sehingga meningkatkan risiko gangguan pencernaan seperti kembung atau sembelit. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh Nutrients , mengunyah dengan lambat tidak hanya membantu proses pencernaan tetapi juga meningkatkan penyerapan nutrisi penting seperti vitamin dan mineral.
Kecepatan Makan juga Dapat Berpengaruh pada Kondisi Psikologis
Kecepatan makan juga memiliki implikasi psikologis. Makan dengan cepat sering dikaitkan dengan pola makan yang kurang sadar (mindless eating), dimana seseorang kurang memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Sebuah laporan dari European Eating Disorders Review mencatat bahwa pola makan yang lebih lambat dan penuh kesadaran meningkatkan kepuasan makan, membantu mengurangi stres, serta berkontribusi pada pola makan yang lebih sehat secara keseluruhan.
4 Langkah Sederhana untuk Mengatur Kecepatan Makan
Bagi mereka yang ingin mengubah kebiasaan makan cepat, beberapa langkah praktis dapat dilakukan menurut studi yang diterbitkan oleh Nutrients.
1. Kurangi Ukuran Gigitan
Mengambil makanan dalam porsi kecil setiap suapan membantu memperlambat proses makan. Dengan cara ini, tubuh memiliki lebih banyak waktu untuk mengirimkan sinyal kenyang, sehingga risiko makan berlebihan pun berkurang.
2. Kunyah Makanan Lebih Lama
Mengunyah dengan perlahan bukan hanya membantu pencernaan, tetapi juga memungkinkan seseorang menikmati rasa dan tekstur makanan. Kebiasaan ini juga memberi tubuh cukup waktu untuk memproses makanan secara optimal.
3. Letakkan Alat Makan di Antara Gigitan
Jeda sejenak sebelum mengambil suapan berikutnya dengan meletakkan sendok, garpu, atau sumpit dapat membantu memperlambat ritme makan. Cara ini mendorong pola makan yang lebih teratur dan penuh kesadaran.
4. Ciptakan Suasana Makan yang Santai
Menghindari gangguan seperti televisi atau ponsel menciptakan fokus penuh pada makanan. Suasana makan yang tenang juga meningkatkan kesadaran terhadap jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, mendukung kebiasaan makan yang lebih sehat.
Kecepatan makan memiliki pengaruh signifikan terhadap status gizi, kesehatan pencernaan, dan kesejahteraan psikologis seseorang. Melambatkan kecepatan makan tidak hanya memungkinkan tubuh untuk mengatur asupan kalori dengan lebih baik tetapi juga mendukung proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat menjadi bagian penting dari pola makan yang lebih sehat dan seimbang.
Referensi
- Effects of Changes in Eating Speed on Obesity in Patients with Diabetes: a Secondary Analysis of Longitudinal Health Check-Up Data (2017), BMJ Journals
- What Is the Relationship between the Chewing Ability and Nutritional Status of the Elderly in Korea? (2023), Nutrients
- ‘Mindful Eating’ for Reducing Emotional Eating in Patients with Overweight or Obesity in Primary Care Settings: A Randomized Controlled Trial (2022), European Eating Disorders Review
- Slow Down: Behavioural and Physiological Effects of Reducing Eating Rate (2018), Nutrients
Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien