Maraknya diet detoksifikasi dengan klaim mengeliminasi racun dari dalam tubuh dan mendukung penurunan berat badan, menjadi diskusi hangat baru-baru ini. Pengaplikasian pantangan makanan dalam diet serta penambahan suplemen dari tumbuhan herba menjadi pilihan utama dalam perencanaan diet detoksifikasi.
Namun, apakah kamu sudah melakukan diet yang tepat untuk tubuhmu? Apakah diet detoks memang diperlukan oleh tubuhmu atau malah mengakibatkan efek samping tersembunyi yang berbahaya bagi kesehatan?
Proses Alami Detoksifikasi dalam Tubuh: Hati dan Ginjal
Detoksifikasi merupakan sistem alami tubuh memecah dan membuang zat-zat beracun. Paparan lingkungan, pilihan makanan, serta hasil sampingan dari metabolisme utama tubuh dapat menyebabkan penumpukan zat-zat beracun yang dalam jangka panjang dapat memicu masalah kesehatan.
Hati dan ginjal merupakan dua organ manusia berperan dalam detoksifikasi tubuh. Secara singkat, hati memecah zat-zat beracun yang ada pada darah manusia menjadi senyawa yang lebih mudah diekskresikan, kemudian dialirkan menuju ginjal yang bertugas menyaring darah, membuang zat beracun sebagai limbah melalui urin dan keringat.
Hindari Salah Persepsi, Kenali “diet detoks”!
Derasnya arus informasi di dunia maya mendorong masyarakat untuk percaya akan angan-angan “diet detoks” yang menjanjikan penurunan berat badan. Konsep “diet detoks” yang benar pada dasarnya ditujukan untuk mensupport kerja tubuh dalam mengeluarkan racun dalam tubuh. Kualitas kesehatan yang meningkat serta penurunan berat badan memang dapat terjadi sebagai efek samping kerja metabolisme tubuh yang lancar dalam menyerap nutrisi dan mengeluarkan zat-zat berbahaya.
Masyarakat,terutama kaum hawa, harus semakin teliti dalam menghadapi pihak-pihak yang menawarkan penggunaan suplemen atau minuman detoks instan (sachet) yang diklaim mengandung bahan aktif tertentu dengan tujuan “diet detoks” untuk penurunan berat badan dalam waktu singkat. Metode ini sangat tidak disarankan karena dapat membahayakan kesehatan karena informasi yang disalurkan kepada konsumen tidak tepat sasaran dan tepat guna sehingga mengakibatkan penggunaan yang berlebihan. Maka itulah perlunya anjuran tenaga profesional kesehatan.
Bahaya tersembunyi “diet detoks”
Berdasarkan wawancara BBC Food dengan dua ahli nutrisi, Rhiannon Lambert dan Dr Bernadette Moore, secara umum pola makan yang berfokus ke detoksifikasi atau dikenal dengan “detox diet” yang berkepanjangan dapat berpotensi menyebabkan defisiensi nutrisi yang sebenarnya dibutuhkan tubuh untuk melakukan kerja optimal. Kesalahpahaman masyarakat dalam melihat detoks adalah sebagai cara untuk “membersihkan” dengan prosedur detoks yang mahal dan diet ekstrim seperti pengurangan kalori berlebihan (puasa ekstrim) atau pantangan pangan secara berlebihan.
Kedua ahli sepakat bahwa pola “detox diet” yang salah bukanlah cara yang sehat dan berkelanjutan dalam menjaga kesehatan tubuh. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Jurnal Nutrition and Metabolism yang menyatakan kurangnya bukti-bukti ilmiah bahwa “diet detoks” bermanfaat bagi tubuh. Dalam jangka panjang, diet ekstrim dengan pantangan yang mengekang secara psikologi akan membuat tubuh merasa lelah dan lapar, yang dapat menyebabkan kondisi “overeating” pada beberapa kasus.
Banyak orang juga salah paham soal suplemen atau produk yang katanya bisa membantu detoks. Misalnya, teh detoks biasanya mengandung bahan pencahar seperti senna, yang dapat mengiritasi saluran pencernaan sehingga mengakibatkan produksi urin dan feses yang berlebihan. Bila kondisi tubuh terpapar dalam jangka waktu panjang, hal Ini memperparah kondisi dehidrasi, diare, kram perut sehingga tubuh jadi kurang menyerap mineral penting seperti kalsium, natrium, dan kalium. Ada pula beberapa kasus akut di US dari penggunaan suplemen detoks dikarenakan campuran mineral atau bahan aktif yang terkandung malah menjadi racun bagi tubuh.
Badan POM RI merekomendasikan langkah terbaik sebelum melakukan diet tertentu adalah dengan berkonsultasi ke dokter atau tenaga ahli kesehatan. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya efek samping berkepanjangan seperti defisiensi vitamin dan mineral.
Cara Alami dan Aman Mendukung Detoksifikasi Tubuh
Dilansir dari website RS Wonolangan dan Halodoc, berikut adalah beberapa langkah detoksifikasi alami:
1. Konsumsi Makanan kaya Nutrisi
Seperti sayuran hijau, buah-buahan dan makanan tinggi serat. Klorofil dalam sayuran hijau dapat membantu mengikat racun dan membuangnya. Sedangkan makanan tinggi serat seperti oat dan biji chia dapat memperlancar pencernaan dan mempercepat pengeluaran limbah dari usus.
2. Cukup Minum Air
Air berperan sebagai media pengangkutan nutrisi dari pencernaan ke organ tubuh dan sarana transportasi zat-zat ekskresi yang harus dibuang tubuh. Minum 8 gelas sehari untuk mencukupi kebutuhan air harian dalam kondisi normal, dan sesuaikan jumlah air dengan kebutuhan tubuh di lingkungan tertentu.
3. Olahraga Teratur
Keringat yang dikeluarkan tubuh saat berolahraga dapat menjadi metode tubuh mengeluarkan racun. Peningkatan sirkulasi darah juga membantu memperlancar aliran darah yang pada akhirnya menunjang proses detoksifikasi.
4. Cukup Tidur dan Mengelola Stress
Penelitian dalam Journal of Addiction membuktikan bahwa tidur adalah metode paling alami untuk mengoptimalkan kinerja otak melalui regulasi stress sehingga meminimalkan inflamasi pada tubuh. Minimnya inflamasi tubuh diklaim dapat menunjang kerja ideal hati dan ginjal dalam proses detoksifikasi.
5. Mengurangi Konsumsi Zat Beracun
Alkohol, makanan olahan, gula dan kafein berlebih adalah makanan dan minuman yang harus dihindari dalam mengoptimalkan fungsi detoksifikasi alami tubuh. Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan inflamasi dan menambah beban kerja hati dalam mendetoks bagian tubuh yang terinfeksi.
Kunci Sukses Sehat: Pola Makan 3B dan Konsultasi Tenaga Ahli
Konsep Pangan Beragam, Bergizi, dan Berimbang (3B) yang mengutamakan keanekaragaman bahan pangan bila dikonsumsi dengan jumlah yang berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi, lebih penting untuk diterapkan dalam pola hidup sehat. Tanpa harus fokus kepada diet detoksifikasi dengan berbagai suplemen yang belum tentu baik bagi tubuh, pola makan 3B yang kaya akan nutrisi telah diteliti memiliki kemampuan untuk memodulasi sistem metabolisme detoksifikasi tubuh. Selain itu, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional ahli gizi dan diet diperlukan dalam penyusunan rencana pola makan yang maksimal mendukung pola hidup sehat yang diterapkan.
Baca juga: One Meal A Day: Solusi Menurunkan Berat Badan, Ide Bagus atau Bahaya bagi Kesehatan?
Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien
Referensi:
- Kenali Peran Hati dan Jaga Kesehatannya – Badan POM
- Detoksifikasi Alami: Cara Membersihkan Tubuh dari Racun – Rumah Sakit Wonolangan
- Apa yang Perlu Diketahui tentang Diet Detoks? – Halodoc
- There’s a backlash against food detoxes and here’s why – BBC Food
- Effect of toxic trace element detoxification, body fat reduction following four-week intake of the Wellnessup diet: a three-arm, randomized clinical trial (2020). Journal of Nutrition and Metabolism.
- Detox diets for toxin elimination and weight management: a critical review of the evidence (2015). Journal of Human Nutrition and Dietetics.
- ‘Detox diets’: Does science support the claims? – Medical News Today
- “Detoxes” and “Cleanses”: What You Need To Know – National Center for Complementary and Integrative Health
- The Effect of Detoxification on Sleep: How Does Sleep Quality Change during Qualified Detoxification Treatment? (2018). Journal of Addiction.
- A New Angle on Detoxification – Origins of Health