Benarkah Kerang Hijau dan Kerang Dara Mengandung Merkuri yang Mengancam Kesehatan Janin?

Kerang

Kerang dikenal mengandung merkuri dan logam berat lainnya yang dapat berdampak buruk pada kesehatan. Hal ini karena kerang menyerap semua zat-zat di sekitarnya tanpa filter sehingga apabila tidak dimasak dengan baik dan dikonsumsi secara berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh.

Seorang wanita membagikan kisahnya memiliki anak autis yang diduga akibat dirinya sering mengonsumsi kerang selama kehamilan. Cerita tersebut viral hingga membuat banyak orang bertanya mengenai kebenaran kerang dapat berbahaya bagi kesehatan hingga ke janin. Begini penjelasan berdasarkan beberapa literatur ilmiah.

Kandungan Merkuri dalam Kerang

Kerang merupakan mollusca yang bersifat filter feeder atau mendapatkan makanan dengan memompa air ke dalam tubuhnya serta tidak memiliki organ hati untuk menghancurkan benda asing. Hal tersebut menyebabkan logam dapat terakumulasi dalam tubuh kerang.

Logam berat dalam perairan merupakan pencemaran yang dapat berbahaya, baik bagi lingkungan maupun organisme di dalamnya, salah satunya kerang. Apabila kerang dalam perairan tercemar dikonsumsi dalam jumlah banyak, maka dapat berbahaya juga bagi tubuh. Logam berat yang dimaksud antara lain kadmium (Cd), arsen (As), tembaga (Cu), merkuri (Hg), dan timbal (Pb).

Semakin air tercemar, maka risiko kerang dan hewan laut tercemar semakin besar. Oleh karena itu, kandungan logam di dalam kerang dapat berbeda pada setiap tempat hidupnya.

Peneliti di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB menyebutkan bahwa pencemaran logam, khususnya merkuri dan arsen di Teluk Jakarta sangat tinggi dan melebihi batas aman konsumsi manusia. Menurutnya, kerang yang hidup di Teluk Jakarta sudah tidak aman lagi untuk dikonsumsi.

Sementara itu, penelitian yang diterbitkan International Journal of Food Science pada tahun 2020 di pantai Jawa Timur menunjukkan konsentrasi logam yang berbeda di setiap lokasi. Kandungan Cd dan Pb pada beberapa pantai di Jawa Timur menunjukkan kadar yang melebihi batas aman konsumsi manusia, yang apabila terakumulasi di hati dan ginjal manusia dapat menyebabkan syok, gagal ginjal, kerusakan hati, serta dapat memengaruhi susunan saraf pusat anak-anak.

Kandungan merkuri di pantai Jawa Timur masih dalam kadar aman dikonsumsi, kecuali pantai daerah Gresik. Kerang dari Pantai Gresik menunjukkan kadar merkuri (Hg) yang tinggi yang apabila dikonsumsi terus-menerus dapat menyebabkan potensi bahaya untuk kesehatan.

Kandungan merkuri dan logam berat dalam kerang ini dapat berbeda di setiap tempat tinggalnya. Salah satunya perbedaan tersebut dapat dilihat dari tingkat pencemaran air. Umumnya, kerang yang berada di perairan tercemar dan dekat dengan pembuangan limbah industri berpotensi memiliki kandungan merkuri yang lebih tinggi.

Bahaya Merkuri dan Logam Lainnya bagi Kesehatan dan Janin

Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan artikel yang diterbitkan WHO, merkuri bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Dampak kesehatan yang ditimbulkan mulai dari masalah kulit, sistem saraf, hingga kerusakan ginjal. Efek pada ginjal ini mulai dari peningkatan protein dalam urin hingga gagal ginjal.

Merkuri juga dapat menyebabkan gangguan neurologis dan perilaku dengan gejala meliputi tremor, insomnia, kehilangan memori, efek neuromuskular, sakit kepala, dan disfungsi kognitif hingga motorik.

Sementara itu, hubungan konsumsi kerang dengan kejadian autisme pada janin belum memiliki hasil penelitian yang pasti. Dalam Journal of Autism and Developmental Disorders, dikatakan bahwa terdapat indikasi konsumsi kerang dan spesies ikan besar oleh ibu hamil dapat meningkatkan skor Social Responsiveness Scale (SRS) yang merupakan alat untuk mengukur kesulitan sosial. Dalam arti lain, konsumsi kerang dapat meningkatkan risiko janin mengalami autis. Namun, SRS bukan sebagai diagnosis autisme.

Tips Memilih Kerang yang Rendah Merkuri

Kerang yang mengandung merkuri dapat membahayakan tubuh. Namun, kerang juga merupakan makanan laut sumber protein yang baik bagi tubuh. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Prostaglandins, Leukotrienes and Essential Fatty Acids menunjukkan bahwa konsumsi makanan laut oleh ibu hamil dapat memberikan manfaat bagi perkembangan neuropsikologis anak.

Konsumsi makanan laut baik untuk kesehatan karena kandungan protein dan asam amino yang tinggi di dalamnya. Namun, tetap penting untuk mencari jenis kerang atau makanan laut yang tidak tercemar dan berasal dari perairan yang bersih dari pencemaran.

Ciri-ciri kerang segar yang memiliki kandungan merkuri rendah, (dilansir dari sajiansedap.grid.id), memiliki cangkang tertutup rapat, daging utuh dan kenyal, serta isi perut tidak berwarna hitam pekat. Kerang segar juga sebaiknya dimasak hingga matang dan cangkang terbuka untuk meminimalisir adanya bakteri dalam kerang.

Dengan demikian, kerang dan makanan laut masih boleh dikonsumsi karena memiliki banyak manfaat. Namun, ada baiknya tidak konsumsi kerang secara berlebihan. Hal ini karena konsumsi kerang dalam jumlah banyak dan terus-menerus, meskipun dengan kandungan merkuri rendah, dapat menyebabkan merkuri dan logam berat dalam kerang terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan dampak bahaya.

Baca juga: Keseringan Makan Ikan Mentah Seperti Sushi, Apakah Berbahaya? 

Editor: Eka Putra Sedana

Referensi:

  1. Viral Cerita Ibu Ungkap Anak Alami Autis Diduga Makan Kerang saat Hamil, Ini Penjelasannya – Okezone
  2. Kerang Hijau dari Teluk Jakarta Mengandung Merkuri, Apa Bahayanya jika Dikonsumsi? – Kompas.com
  3. Ciri-Ciri Kerang Hijau yang Tinggi Merkuri, Cek dengan Trik ini Sebelum Beli – sajiansedap.grid.id
  4. Concentrations of Metals in Tissues of Cockle Anadara granosa (Linnaeus, 1758) form East Java Coast, Indonesia, and Potential Risks to Human Health (2020), International Journal of Food Science
  5. The Association Between Maternal Prenatal Fish Intake and Child Autism-Related Traits in the EARLI and HOME Studies (2022), Journal of Autism and Developmental Disorders
  6. Relationships Between Seafood Consumption During Pregnancy and Childhood and Neurocognitive Development: Two Systematic Reviews (2019), Prostaglandins, Leukotrienes and Essential Fatty Acids
  7. Kandungan Merkuri pada Kerang Darah (Anadara granosa), Kerang Bulu (Anadara Antiquata), Air dan Sedimen di Beberapa Muara Sungai Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat (2012), Universitas Airlangga
  8. Toksisitas Merkuri (Hg) dan Tingkat Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Gambaran Darah, dan Kerusakan Organ pada Ikan Nila Oreochromis nicoticus (2012), Jurnal Akuakultur Indonesia
  9. Analisis Kandungan Logam Merkuri pada Kerang Kepah (Polymesoda erosa) di SUB DAS Batanghari Hilir Kota jambi (2021), Jurnal Engineering
  10. Mercuri – WHO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *