Food Fraud: Pemalsuan Pangan yang Mengintai Masyarakat

Dewasa ini, sektor pangan dari level UMKM dan industri pangan sudah berkembang secara masif. Hal ini membuat perubahan pola konsumsi masyarakat secara signifikan. Masyarakat saat ini lebih menyukai membeli makanan dari luar (Eating out Habit) atau kemasan siap saji. Keberagaman menu, fleksibilitas, efisiensi, serta dukungan teknologi, membuat masyarakat semakin dimanjakan untuk mendapatkan akses ke makanan yang mereka sukai. Namun, perubahan kebiasaan masyarakat dalam membeli makanan dari luar, menjadi perhatian khusus karena masih ditemukannya beberapa oknum pengusaha yang secara tidak bertanggung jawab melakukan food fraud dalam menjual pangan demi keuntungan pribadi. 

Apa itu Food Fraud?

Food Fraud atau Pemalsuan pangan merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku usaha dalam mengganti, menambahkan, merusak, atau menyajikan makanan dengan cara yang tidak sesuai standar keamanan pangan karena motif ekonomi.  

Sejauh ini, belum ada angka pasti kasus food fraud yang terjadi di sekitar masyarakat. Keterbatasan SDM dan teknologi menjadi faktor dalam mendeteksi food fraud yang beredar di masyarakat. Namun, BPOM pernah melaporkan pada tahun 2016, terdapat 7.29% dari total 7.752 sampel mengandung bahan berbahaya (Formalin, Boraks, Rhodamin-B, Methanil Yellow). Selain itu, berita terbaru yakni pemalsuan minyak goreng merek MinyaKita di Malang, dimana pelaku melakukan pengemasan ulang dari minyak curah dan memanipulasi volume minyak goreng yang dijual pada produk tersebut. Polisi menemukan cara pelaku dalam memproduksi minyak goreng tersebut juga tidak sesuai dengan standar keamanan pangan.

Dari segi historis, Food Fraud atau Pemalsuan makanan sudah terjadi sejak zaman Yunani dan Roma. Pemalsuan makanan sengaja dilakukan karena ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan konsumen.  Selanjutnya Food fraud baru menjadi perhatian khusus saat susu formula bayi produksi China mengandung melanin. Hal ini menyebabkan sekitar 53000 bayi yang menderita dan diantaranya terkena batu ginjal akibat mengonsumsi susu formula tersebut.  

Di Indonesia sendiri, kejadian Food fraud kerap masih terjadi. Tentunya, konsumen Indonesia masih sering menemukan ayam tiren, bakso boraks, bakso tikus, susu curah palsu, dan lainnya. Dampak dari pemalsuan pangan tidak hanya merusak praktik adil (fairness) perdagangan pangan, tetapi juga mengakibatkan dampak negatif yang luar biasa pada kesehatan publik.

(Sumber: IFST, Kejadian Food Fraud di Dunia)

Faktor terjadinya Food Fraud

  1. Rendahnya pengetahuan masyarakat

Banyak konsumen dan produsen yang masih abai dengan kebersihan dan kualitas pangan yang dikonsumsi. Minimnya kesadaran masyarakat membuat masyarakat cenderung kurang waspada. Padahal, makanan dapat berpengaruh langsung terhadap kesehatan dan kualitas hidup

  1. Lemahnya pengawasan & Sanksi Hukum

Sejauh ini, pengawasan terhadap pelaku makanan masih belum maksimal. Terbatasnya sumber daya pengawas pangan, baik dari pemerintah maupun pihak terkait, membuat kasus-kasus ini sulit terdeteksi. Selain itu, sanksi hukum yang ada belum dapat memberikan efek jera. Sehingga, oknum masih terus mencari celah untuk melakukan praktik tersebut. 

  1. Bahan baku pangan yang mahal

Bahan baku yang berkualitas yang terbatas dan mahal membuat beberapa pelaku usaha mencoba mencari alternatif bahan pangan lain yang lebih murah agar tetap berproduksi untuk mencapai keuntungan.

Bahaya dibalik terjadinya Pemalsuan Pangan 

Pemalsuan pangan dapat diindikasikan sebagai permasalahan keamanan baik nasional maupun global, karena berdampak luas baik dari segi ekonomi, kesehatan sampai menurunnya kualitas kehidupan secara global, berikut dampak yang terjadi dari pemalsuan pangan :

  • Risiko Kesehatan

Konsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya dapat meningkatkan kejadian keracunan makanan, resiko kanker, penyakit degeneratif, bahkan kematian.

  • Kerugian Ekonomi

Selain konsumen yang merasa akan dirugikan secara ekonomi karena membeli dan mengonsumsi produk pangan yang tidak sesuai, beban negara juga akan meningkat seiring peningkatan kejadian keracunan makanan, kematian, yang diakibatkan produk pangan tidak berkualitas. Selain itu, food fraud dapat membuat kerjasama antar negara menjadi terputus terutama bagi pihak yang melakukan bisnis import dan export

  • Menurunnya Kepercayaan

Jika pemalsuan pangan terus terjadi, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap pelaku usaha makanan dan sistem pengawasan pangan. 

(Source: Pinterest)

Solusi dan Langkah Pencegahan yang dapat diterapkan oleh kita: 

Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh Food fraud sangatlah besar, diperlukan langkah khusus dan solusi agar praktik ini dapat diminimalisir dan kita terhindar dari makanan yang tidak layak konsumsi. Langkah yang dapat dilakukan adalah:

  1. Perhatikan perizinan distribusi pangan sudah sesuai standar
    Sekarang ini, sudah banyak usaha UMKM yang sudah memiliki sertifikasi seperti PIRT, memperhatikan perizinan yang sudah dimiliki oleh pelaku usaha menandakan bahwa pelaku usaha tersebut sudah menerapkan GMP (Good Manufacturing Practice) yang sudah terstandardisasi pemerintah.
  2. Laporkan & Waspada
    Memberikan sanksi dengan cara melaporkan ke pihak berwenang, merupakan langkah yang tegas dan membangun kesadaran secara masif bahwa masyarakat membutuhkan pangan yang berkualitas dan sehat. Selain itu, sebagai konsumen yang cerdas, perlu untuk selalu memperhatikan proses pembuatan makanan, memahami label pangan dan update terhadap isu terkini.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kasus pemalsuan pangan dapat diminimalisasi. Selanjutnya, penting bagi kita untuk selalu berhati-hati dalam memilih makanan dan mendukung dalam menciptakan lingkungan pangan yang lebih sehat dan aman.

Baca juga: Yuk, Bijak Membaca Label Pangan pada Kemasan Makanan!

Reference:

  1. Vol XVI No.8 2021, Food Review 
  2. Food Fraud | Institute of Food Science + Technology.
  3. Eat the food you trust; trust the food you eat – Lessons from Food Fraud 2017 | New Food
  4. What is Food Fraud – fsns.com
  5. The Profitability of Automatic Milking on Dutch Dairy Farms (2007), Journal of Dairy Science
  6. Keterangan Pers tentang Isu Produk Cina mengandung Melamin | BPOM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *