Nutrigenomik dan Obesitas: Gara-gara Genetik, Kita Obes?

Di Indonesia, obesitas telah menjadi beban kesehatan yang semakin mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan bahwa 23,4% orang dewasa dan 14,8% remaja usia 13-18 tahun mengalami obesitas—angka yang terus meningkat setiap tahun. Meskipun sering dikaitkan dengan pola makan tinggi gula dan gaya hidup sedentari, ada faktor lain yang kerap luput dari perhatian: genetik. Apakah DNA kita memang menentukan nasib berat badan? Atau adakah cara untuk “mengakali” gen melalui nutrigenomik?

Genetik vs. Gaya Hidup: Pertarungan yang Tak Seimbang?

Banyak yang beranggapan bahwa obesitas semata-mata hasil dari kebiasaan makan yang buruk. Namun, penelitian ilmiah membuktikan bahwa genetik memainkan peran signifikan. Salah satu gen yang paling sering dikaitkan dengan obesitas adalah gen FTO (Fat Mass and Obesity-Associated Gene). Varian tertentu dari gen ini dapat meningkatkan risiko obesitas hingga 20-30%, terutama karena pengaruhnya terhadap nafsu makan dan metabolisme energi.

Faktor keturunan juga tidak bisa diabaikan. Risiko obesitas pada anak meningkat hingga 40-50% jika salah satu orang tua mengalami obesitas, dan melonjak menjadi 70-80% jika kedua orang tua obesitas. Namun, gen bukanlah takdir. Lingkungan dan gaya hidup memiliki kekuatan untuk mengaktifkan atau menekan ekspresi gen tertentu.

Nutrigenomik: Makanan sebagai “Remote Control” Gen Kita

(Source: Unsplash)

Nutrigenomik, ilmu yang mempelajari interaksi antara makanan dan gen, menawarkan perspektif baru dalam memahami obesitas. Studi terbaru menunjukkan bahwa pola makan dapat memengaruhi ekspresi gen yang terkait dengan metabolisme dan penumpukan lemak. Misalnya, diet tinggi protein dan serat dapat membantu mengatur ekspresi gen FTO, mengurangi rasa lapar, dan meningkatkan pembakaran energi.

Di sisi lain, konsumsi gula dan lemak jenuh berlebihan dapat mengaktifkan jalur inflamasi yang mempercepat penumpukan lemak. Dengan kata lain, meskipun seseorang memiliki gen yang meningkatkan risiko obesitas, pola makan yang tepat dapat menjadi alat untuk “mengendalikan” gen tersebut.

Strategi Berbasis Nutrigenomik untuk Mengelola Berat Badan

Bagi mereka yang ingin mengoptimalkan kesehatan melalui pemahaman nutrigenomik, beberapa strategi berikut dapat dipertimbangkan:

1. Personalisasi Pola Makan

Setiap individu memiliki respons genetik yang unik terhadap makanan. Beberapa orang lebih sensitif terhadap karbohidrat, sementara yang lain cenderung menyimpan lemak dari makanan berlemak. Melakukan tes nutrigenomik dapat membantu mengidentifikasi jenis makanan yang paling sesuai dengan profil genetik seseorang.

2. Pilihan Makanan yang Mengoptimalkan Ekspresi Gen

Makanan tertentu dapat membantu mengaktifkan gen pembakar lemak dan menekan gen penyimpan lemak. Sayuran hijau, kacang-kacangan, protein berkualitas tinggi, dan makanan kaya omega-3 seperti salmon dan chia seed adalah pilihan yang direkomendasikan. Karbohidrat kompleks seperti quinoa dan oat juga lebih disarankan daripada karbohidrat sederhana.

3. Memperhatikan Ritme Sirkadian

Waktu makan ternyata memengaruhi ekspresi gen yang terkait dengan metabolisme. Intermittent fasting, misalnya, telah terbukti meningkatkan sensitivitas insulin dan mengatur ekspresi gen yang terlibat dalam pembakaran lemak.

4. Aktivitas Fisik yang Sesuai

Latihan fisik tidak hanya membakar kalori, tetapi juga memengaruhi ekspresi gen. Latihan ketahanan seperti angkat beban dapat meningkatkan ekspresi gen pembakar lemak, sementara latihan kardio membantu meningkatkan metabolisme secara keseluruhan.

Gen Bukanlah Takdir: Mengambil Kendali atas Kesehatan

Obesitas adalah hasil dari interaksi kompleks antara genetik, pola makan, dan gaya hidup. Meskipun gen mungkin meningkatkan risiko, nutrigenomik membuktikan bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengubah ekspresi gen melalui pilihan makanan dan kebiasaan sehari-hari.

Memahami nutrigenomik bukan hanya tentang mengelola berat badan, tetapi juga tentang membangun fondasi kesehatan jangka panjang. Dengan menggabungkan pengetahuan genetik, pola makan yang tepat, dan gaya hidup aktif, kita dapat menciptakan solusi yang lebih personal dan efektif untuk melawan obesitas.

Baca juga: Dari Pola Makan ke Obesitas: Kesalahan Kebiasaan Makan Menyebabkan Obesitas?

Editor: Eka Putra Sedana

Source:

  1. Obesitas di Indonesia – indonesia Baik
  2. Obesitas di Indonesia: Potensi Krisis Kesehatan di Era Moden? – Goodstats
  3. Analisis Lanskap Kelebihan Berat badan dan Obesitas di Indonesia (2019), UNICEF
  4. The Quality of Life in Heart Failure Reduced Ejection Fraction (HFrEF) Patients: A Phenomenon of Obesity Paradox (2025), GHMJ (Global Health Management Journal)
  5. Spatial clusters of High Prevalences of Overweight and Obesity Among Children in Indonesia (2024), Cureus
  6. Obesity Determinants and the Policy Implications for the Prevention and Management of Obesity in Indonesia (2020), Current Research in Nutrition & Food Science
  7. Obesity in Urban Indonesia: Evidence from the 2007 and 2018 Basic Health Research (2024), Medical Journal of Indonesia
  8. Study Analysis of the Role of High-Calorie Food (Junk Food) on the Incident of Adolescent Obesity: A Community-Based Observational Study of Senior High School Adolescents in Tangerang Regency, Indonesia (2024), Community Medicine and Education Journal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *