Logo Pilihan Lebih Sehat: Si Logo yang Dipandang Sebelah Mata 

Logo pilihan lebih sehat

Lingkaran hijau dengan tanda centang di tengah dengan tulisan “Pilihan Lebih Sehat” sudah sering kita temukan tercetak pada kemasan pangan olahan. Sudah pahamkah kamu apa arti dan peran dari logo ini? 

Upaya Pemerintah Menyejahterakan Masyarakat 

Kenaikan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) membuat pemerintah mengambil langkah preventif dengan pencantuman logo “Pilihan Lebih Sehat” ini. Beberapa tahun terakhir, konsumen sudah mulai sadar akan gaya hidup sehat dan selektif dalam produk pangan. Termasuk, menyeleksi dan membatasi konsumsi pangan yang tinggi gula, garam, dan lemak (GGL). 

Dilihat dari kebutuhan konsumen yang cepat dalam membeli makanan kemasan, sering kali konsumen tidak mengecek kandungan gizi lengkap pada tabel informasi nilai gizi. Ada pula konsumen yang masih kesulitan dalam memahami tabel informasi nilai gizi. Maka, terobosan baru oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan menghadirkan logo bentuk lingkaran dan centang berwarna hijau ini. 

Dwifungsi Logo Pilihan Lebih Sehat: Jaminan Kepatuhan Produsen dan Nilai Tambah bagi Konsumen 

Dikutip dari website BPOM, pencantuman logo “Pilihan Lebih Sehat” pada kemasan produk sudah diizinkan untuk 20 kategori pangan olahan berdasarkan kriteria tercantum. Seperti, memenuhi persyaratan kandungan GGL, serat, atau mikro mineral vitamin dan mineral untuk masing-masing kategori pangan. Beberapa produk yang dapat mencantumkan logo “Pilihan Lebih Sehat” adalah minuman siap konsumsi, mie instan, keju, susu bubuk, dan yogurt. 

Keberadaan logo ini, dinilai dapat menjadi nilai tambah suatu produk, karena memberikan kewenangan bagi konsumen untuk identifikasi cepat bahwa produk tersebut diklaim lebih sehat dari pada produk sejenis yang berjajar di rak supermarket. 

Menakar Efektivitas Penerapan Logo Pilihan Lebih Sehat 

Sebenarnya kebijakan ini tak hanya diberlakukan di Indonesia saja. Sudah banyak negara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Belanda yang lebih dulu mencantumkan “healthier choice logo” atau HCL

Salah satu penelitian oleh pemerintah malaysia dari Malaysian Journal of Nutrition mengkaji efek pengaplikasian HCL pada konsumen dan produsen. Tak jauh beda dari yang terjadi di Indonesia, tantangan dan pro kontra pun tidak luput terjadi. Memang tujuan utama HCL adalah memberikan dampak label nutrisi yang positif serta menjadi upaya nyata pemerintah dalam menekan prevalensi PTM seperti obesitas dan diabetes. Dalam jangka panjang, upaya tersebut dirasa dapat mengurangi beban biaya kesehatan nasional. 

Namun, muncul kontroversi terutama dari industri makanan karena HCL dirasa akan mempengaruhi daya beli dan pola konsumsi dari konsumen. Sehingga, tak sedikit produsen ragu untuk melakukan penyesuaian pada proses produksi dan kemasan. Termasuk, kekhawatiran yang berujung pada peningkatan biaya, keterbatasan modal teknikal, serta penerimaan produk dengan kemasan yang baru. 

Pada ranah konsumen, perubahan pola pembelian produk akan terasa karena konsumen akan lebih percaya pada produk yang mencantumkan HCL. Namun, perjalanan pengkajian regulasi ini masih panjang karena belum dapat membuktikan dampak positif langsung penerapan HCL terhadap perubahan diet konsumen. 

Kerja sama Lintas Kepentingan: Pemerintah, Sektor Industri, dan Konsumen

Meski, banyak tantangan terutama dalam sektor industri, manfaat jangka panjang tentang peningkatan kesadaran konsumen terhadap kandungan gula, garam, dan lemak dalam produk yang mereka konsumsi diharapkan dapat menjadi hambatan dari prevalensi PTM yang angkanya terus meningkat tiap tahun. Tentunya, edukasi terhadap masyarakat harus menjadi langkah prioritas pemerintah mensukseskan penerapan Logo “Pilihan Lebih Sehat”. Jika diterapkan secara efisien, logo ini dapat menjadi alat bantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi produk yang tepat.

Perlu dipastikan pula bahwa pemerintah menggiring dan mengawasi jalannya program ini dengan adil dan efektif. Tak hanya itu, dukungan yang memadai termasuk sosialisasi yang berkelanjutan juga perlu disediakan kepada industri agar adaptasi dapat dilakukan secara tepat guna dan tepat sasaran. 

Di sisi lain, konsumen juga diharapkan dapat semakin terbuka dengan informasi yang sudah diupayakan untuk disebarluaskan dalam media. Dengan memperkaya diri dengan informasi yang faktual dan relevan, tentunya konsumen juga bisa menjadi lebih bijak memilih pangan olahan dalam kemasan. 

Inilah perlunya peran dan dukungan penuh dari pemerintah termasuk badan regulasi dan lintas kementerian, para produsen serta konsumen dalam menyukseskan program logo pilihan lebih sehat serta tujuan utamanya menekan prevalensi PTM. Setidaknya sebagai konsumen, kita tak lagi melihat logo Pilihan Lebih Sehat sebelah mata, namun juga menggunakannya secara bijak dalam memilih secara selektif pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi. 

Baca juga: Nutri-Level: Langkah Baru Indonesia dalam Pelabelan Gizi

Referensi: 

  1. Acceptance and effectiveness of the Healthier Choice Logo (HCL) among food industries in Malaysia. 2023: Malaysian Journal of Nutrition
  2. Logo Pilihan Lebih Sehat – Badan POM
  3. Menakar Efektivitas Label Gula pada Kemasan, Antara Edukasi dan Pilihan Sehat – Kompasiana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *