Yogurt Bisa Jadi Terapi Pengobatan Autisme?

yogurt mengobati autisme?

ApleFriends pasti sudah sering dengar tentang “Gut Brain Axis” atau “Perut adalah Otak Kedua”! Keduanya memiliki arti bahwa sistem pencernaan tubuh kita ternyata memiliki pengaruh terhadap cara kerja sistem saraf otak. Tetapi, apakah ApleFriends tahu bahwa yogurt sebagai sumber probiotik ternyata punya segudang manfaat untuk terapi pengobatan Autisme? Ikut MinDip yuk untuk mengulik faktanya! 

Dilansir dari Tempo, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merilis fakta bertambahnya 500 jiwa penderita autisme per tahun, terutama menyerang anak-anak. Gangguan Spektrum Autisme (GSA) merupakan kondisi gangguan perkembangan otak sehingga mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, berinteraksi sosial serta belajar. 

Sumber: Journal of Traditional and Complementary Medicine

Peran Penting Mekanisme Gut-Brain Axis pada Penderita Autisme 

Dilansir dari Journal PloS One, penderita autisme cenderung memiliki sistem imun lebih sensitif yang ternyata berhubungan dengan kondisi khusus pencernaan semenjak lahir. Pada beberapa penelitian menemukan bahwa penderita autisme memiliki komposisi bakteri yang tidak seimbang pada sistem pencernaan. Sehingga jumlah bakteri baik akan lebih sedikit daripada bakteri jahat. 

Padahal, keberadaan bakteri baik penting dalam pembentukan hormon serotonin atau hormon pemicu perasaan bahagia. Hal ini erat kaitannya dengan gejala yang terjadi pada beberapa penderita disorder yakni mood disorder atau gangguan bipolar, yang semakin menyulitkan penderita autisme dalam berinteraksi sosial. 

Pada beberapa kasus, pengobatan autisme sering menggunakan antibiotik semenjak kecil juga semakin memperparah kesetimbangan mikrobiota pada pencernaan. 

Bagaimana probiotik dapat menjadi terapi bagi penderita Autisme? 

Terapi dan pengobatan pada penderita autisme biasanya punya sistem diet khusus yang bertujuan memperingan gejala. Dikutip dari Ahli Gizi Indonesia, penderita autisme sering mengalami food jags atau kebiasaan mengkonsumsi satu jenis atau sedikit makanan dikarenakan sensitivitas tinggi terhadap perubahan rasa dan tekstur makanan. 

Tentunya, kebutuhan nutrisi akan sulit dipenuhi, serta akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Penyakit infeksi, masalah pencernaan, sampai pada reaksi alergi lazim terjadi. 

Kapasitas sistem pencernaan yang kurang efektif pada penderita autisme dapat meningkatkan pembusukan makanan oleh mikroba dan menyebabkan peradangan. Hal ini menyebabkan banyaknya masalah pencernaan seperti muntah, diare, dan kembung, yang semakin memperburuk gejala autisme. 

Maka konsumsi probiotik pada anak autis dibuktikan dapat menurunkan gangguan pencernaan seperti kembung, diare, dan sakit perut. Dengan menjaga kesetimbangan mirkobiota sehat pada pencernaan, makanan yang masuk pada tubuh akan dengan optimal dicerna oleh jaringan sistem pencernaan. Sehingga zat gizi dapat diserap tubuh secara efektif dan berperan dalam pembentukan sistem kekebalan tubuh yang kuat. 

Sebenarnya, diet probiotik hanya salah satu cara pendukung dalam terapi penanganan asupan gizi bagi penderita autisme. Selain itu, ada diet yang dikenal dengan GFCF atau Diet Gluten Free Casein Free, yakni diet bebas gluten dari bahan makanan tepung terigu dan diet bebas kasein seperti produk olahan susu. Dengan mengurangi bahan-bahan yang sulit dicerna oleh pencernaan penderita autisme, diharapkan dapat meminimalkan gejala sakit dan tidak nyaman pada tubuh. Kemudian, juga bertujuan memperkuat sistem imunitas secara bertahap selama terapi pengobatan. 

Pangan Probiotik, Si Sahabat Pencernaan 

Sebelum menyelam lebih dalam, MinDip mau ajak ApleFriends untuk mengetahui jenis pangan probiotik. Pangan yang menjadi sumber probiotik adalah pangan yang mengandung mikroorganisme hidup meski sudah melalui berbagai proses memasak, termasuk panas. Mikroorganisme yakni bakteri asam laktat inilah yang akan hidup dan berkembang dalam sistem pencernaan. Berikut contoh pangan mengandung probiotik: 

Sumber: Instagram

Yogurt, seperti yang kita tahu, adalah olahan susu yang difermentasi dengan bakteri asam laktat seperti Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain yang diizinkan. Mirip dengan yogurt, ada lagi olahan susu fermentasi baru yang dinamakan kefir. 

Dikutip dari Tropical Animal Science Journal, kefir adalah produk susu hewani yang difermentasi menggunakan biji-bijian kefir yaitu termasuk ragi fermentasi laktosa, seperti Kluyveromyces marxianus, dan ragi yang tidak memfermentasi laktosa, seperti Saccharomyces unisporus, Saccharomyces cerevisiae serta Saccharomyces exiguus. Kefir dilaporkan mengandung bakteri asam laktat, bakteri asam asetat, dan juga ragi yang dapat memperkaya mikrobiota pada pencernaan yang sehat. 

Jadi, tak hanya yogurt saja namun pangan dengan kandungan probiotik seperti kefir juga punya manfaat dalam terapi pengobatan bagi penderita autisme. 

Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diperhatikan Terkait Makan untuk Anak Autis

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Referensi: 

  1. Jumlah Anak Autis Meningkat, Diduga Salah Satu Penyebab karena BPA – Tempo
  2. The role of probiotics in children with autism spectrum disorders: A study protocol for a randomised controlled trial. 2022: Journal PloS One
  3. Rekomendasi Diet Anak Autis – Ahli Gizi Indonesia 
  4. The Physicochemical, Microbiology, and Sensory Characteristics of Kefir Goat Milk with Different Levels of Kefir Grain. 2019: Tropical Animal Science Journal
  5. Review: Syarat Pangan Yang Berpotensi Sebagai Probiotik Ditinjau Dari Nutrisinya. 2020: Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *