Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi yang tidak memadai selama periode 1.000 hari pertama kehidupan. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa depan. Oleh karena itu, memahami peran gizi dalam pencegahan stunting menjadi sangat penting.
Pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Periode 1.000 hari pertama kehidupan, yang dimulai sejak konsepsi hingga anak berusia dua tahun, merupakan masa kritis bagi tumbuh kembang anak. Pada masa ini, otak berkembang pesat, dan kebutuhan akan zat gizi sangat tinggi. Kekurangan gizi selama periode ini dapat menyebabkan kerusakan yang sulit diperbaiki.
Kebutuhan gizi yang cukup mencakup makronutrien seperti protein, lemak, dan karbohidrat, serta mikronutrien seperti zat besi, zinc, vitamin A, dan asam folat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ibu hamil yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting.
Dampak Gizi pada Stunting
Kekurangan gizi berdampak langsung pada pertumbuhan fisik dan kognitif anak. Protein, misalnya, merupakan komponen penting untuk pembentukan jaringan tubuh. Kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan tulang dan otot. Sementara itu, kekurangan mikronutrien seperti zat besi dapat menyebabkan anemia, yang berdampak pada kurangnya pasokan oksigen ke otak. Hal ini dapat mengganggu kemampuan belajar dan memori anak. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kekurangan zinc juga dikaitkan dengan pertumbuhan linear yang terhambat, sedangkan defisiensi vitamin A meningkatkan risiko infeksi yang dapat memperburuk kondisi gizi anak.
Langkah Pencegahan Stunting Melalui Gizi
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting melalui pendekatan gizi, yaitu:
- Peningkatan Asupan Gizi Ibu Hamil
Ibu hamil perlu memastikan asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan janin. Konsumsi makanan yang kaya akan protein, zat besi, kalsium, dan asam folat sangat dianjurkan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, suplemen zat besi dan asam folat juga dapat membantu mencegah anemia dan cacat tabung saraf pada bayi. - Pemberian ASI Eksklusif
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang, serta membantu melindungi bayi dari infeksi. - Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang Tepat
Setelah usia enam bulan, bayi membutuhkan MP-ASI untuk melengkapi kebutuhan gizinya. MP-ASI harus mengandung berbagai jenis makanan yang kaya gizi, termasuk protein hewani seperti daging, ikan, dan telur, serta sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral. - Fortifikasi Pangan
Fortifikasi pangan adalah proses penambahan nutrisi ke dalam makanan pokok untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat. Seperti yang dipaparkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu garam beryodium yang berguna untuk mencegah gangguan akibat kekurangan yodium dapat difortifikasi dengan zat besi dan asam folat. - Edukasi Gizi kepada Orang Tua
Edukasi kepada orang tua, terutama ibu, tentang pentingnya gizi seimbang dan cara memberikan makanan bergizi kepada anak sangat diperlukan. Hal ini mencakup pengetahuan tentang penyimpanan, pengolahan, dan penyajian makanan yang aman dan sehat. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), edukasi semacam ini penting untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan peran gizi dalam mencegah stunting.
Pentingnya Kolaborasi dalam Intervensi Gizi
Pencegahan stunting memerlukan pendekatan holistik yang tidak hanya berfokus pada sektor kesehatan, tetapi juga melibatkan sektor lain seperti pendidikan, pertanian, dan sosial. Penyediaan akses pangan bergizi, air bersih, dan sanitasi yang memadai merupakan bagian penting dari upaya memastikan intervensi gizi berjalan efektif. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pemerintah telah menetapkan berbagai program yang mendukung percepatan penurunan stunting. Namun, keberhasilan program ini membutuhkan keterlibatan aktif dari semua pihak, termasuk masyarakat.
Gizi memainkan peran yang sangat penting dalam mencegah stunting. Upaya terpadu yang mencakup pemberian gizi optimal sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, edukasi kepada masyarakat, serta kolaborasi lintas sektor merupakan kunci dalam mengatasi masalah stunting. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran gizi, kita dapat memberikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Baca juga: 1 dari 3 Anak Mengalami Stunting, Malnutrisi di Indonesia Masih Memprihatinkan!
Editor: Rheinhard, S.Gz., RD
Referensi:
- Fortification in Food Systems (2021), Food and Agriculture Organization
- Global Nutrition Report (2023), World Health Organization
- Tata Laksana Stunting (2022), Kementerian Kesehatan
- Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting 2023 – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)