Monosodium Glutamat (MSG) sering menjadi sorotan dalam perdebatan tentang kesehatan makanan, terutama sejak munculnya istilah “Sindrom Restoran Cina” pada tahun 1960-an. Namun, apakah semua yang kita dengar tentang MSG dan gejala yang dikaitkan dengannya adalah fakta, atau hanya mitos belaka? Sebagai seorang ahli gizi, mari kita jelajahi kebenaran di balik kontroversi ini dan bagaimana Kamu dapat lebih bijak dalam memahami MSG.
Apa Itu Sindrom Restoran Cina?
Sindrom Restoran Cina (Chinese Restaurant Syndrome atau CRS) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian gejala yang dilaporkan setelah mengonsumsi makanan, terutama dari restoran Cina, yang mengandung MSG. Gejala-gejala tersebut meliputi:
- Sakit kepala
- Berkeringat
- Kulit memerah
- Sensasi mati rasa atau terbakar di sekitar mulut dan tenggorokan
- Nyeri otot atau tekanan di wajah
- Jantung berdebar
Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1968 ketika seorang dokter bernama Dr. Ho Man Kwok menulis surat ke New England Journal of Medicine, menggambarkan pengalamannya setelah makan di restoran Cina. Surat tersebut menjadi pemicu perhatian media dan spekulasi tentang dampak MSG pada kesehatan.
MSG: Fakta atau Fiksi?
Sebagai penyedap rasa, MSG ditemukan secara alami dalam bahan makanan seperti tomat, keju, dan jamur, tetapi juga diproduksi secara komersial. MSG telah mendapat stigma negatif karena dikaitkan dengan CRS, tetapi penelitian ilmiah menunjukkan bahwa sebagian besar individu tidak memiliki sensitivitas khusus terhadap MSG. Organisasi seperti Food and Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan MSG sebagai aman untuk dikonsumsi jika digunakan dalam jumlah yang wajar.
Namun, beberapa orang mungkin memang memiliki sensitivitas terhadap MSG, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau saat perut kosong. Gejala seperti yang dilaporkan pada CRS biasanya bersifat sementara dan tidak berbahaya.
Mengapa Sindrom Ini Jadi Populer?
Sindrom Restoran Cina menjadi topik yang sensasional karena berbagai faktor:
1. Pengaruh Media: Media di era 1960-an membesar-besarkan laporan tentang MSG tanpa bukti ilmiah yang kuat.
2. Stigma Budaya: Ada bias xenofobia terhadap makanan Cina, meskipun MSG juga banyak digunakan dalam makanan lain seperti keripik kentang dan sup instan.
3. Kurangnya Pemahaman Ilmiah: Penelitian awal yang tidak akurat menyebarkan ketakutan yang tidak perlu tentang MSG.
Kini, istilah CRS dianggap ketinggalan zaman dan bahkan berpotensi diskriminatif.
Cara Mengenali Gejala dan Menangani Sensitivitas MSG
Jika Kamu merasa memiliki sensitivitas terhadap MSG, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Kenali Gejala: Catat apa yang Kamu rasakan setelah makan makanan tertentu.
2. Identifikasi Sumber MSG: Perhatikan label makanan olahan dan tanyakan pada restoran tentang penggunaan MSG.
3. Coba Konsumsi Bertahap: Sensitivitas sering muncul karena konsumsi dalam jumlah besar. Mulailah dengan porsi kecil untuk melihat respons tubuh Kamu.
4. Konsultasikan dengan Ahli Gizi: Jika gejala berlanjut atau mengganggu, mintalah saran profesional untuk memastikan kondisi kesehatan Kamu secara menyeluruh.
MSG dalam Perspektif Gizi
Perlu di tekankan bahwa keseimbangan adalah kunci. MSG bukanlah “musuh” jika digunakan dalam jumlah wajar. Fokus pada pola makan yang kaya akan makanan segar, seperti buah, sayur, dan protein berkualitas tinggi, dapat membantu meminimalkan kebutuhan akan penyedap rasa tambahan.
Antara Fakta dan Mitos
MSG dan Sindrom Restoran Cina adalah contoh bagaimana informasi yang tidak tepat dapat menciptakan stigma yang sulit dihapus. Meskipun beberapa orang mungkin memiliki sensitivitas terhadap MSG, bukti ilmiah menunjukkan bahwa MSG aman bagi kebanyakan orang. Jadi, sebelum Kamu menghindari MSG sepenuhnya, pertimbangkan untuk menggali informasi dari sumber terpercaya dan konsultasikan dengan ahli jika Kamu memiliki kekhawatiran.
Dengan memahami fakta di balik mitos ini, Kamu dapat membuat pilihan yang lebih bijaksana untuk kesehatan Kamu. Jangan biarkan ketakutan tanpa dasar memengaruhi cara Kamu menikmati makanan!
Baca juga: Micin (MSG) vs Garam, Manakah Pilihan yang Tepat Untuk Hipertensi?
Author: Rheinhard, S.Gz., Dietisien
Source:
- Chinese Restaurant Syndrome: Apakah Generasi Micin Can Relate? – Mojok
- Chinese Restaurant Syndrome: Apa Pengaruh dan Bahaya dari MSG? – honestdocs
- How MSG Got a Bad Rap: Flawed Science And Xenophobia – fivethirtyeight
- The Rotten Science Behind the MSG Scare – Sciencehistory
- ‘Chinese Restaurant Syndrome’ – what is it and is it racist? – BBC
- The Significance of Excursions above the ADI. Case Study: Monosodium Glutamate (1999), Regulatory Toxicology and Pharmacology: RTP
- Epidemiological Studies of Monosodium Glutamate and Health (2013), Nutrition & Food Sciences
- Monosodium Glutamate (MSG) Symptom Complex (Chinese Restautrant Syndrome): Nightmare of Chinese Food Lovers! (2023), The Journal of the Association of Physicians of India
- Chinese Restaurant Syndrome (2017), Indian Journal of Critical Care Medicine