Mengungkap Rahasia Makanan Ultra-Proses: Nikmat Sekarang, Menyesal Nanti

Dalam beberapa dekade terakhir, negara-negara di seluruh penjuru dunia mengalami peningkatan dramatis dalam konsumsi makanan ultra-proses (ultra-processed foods atau UPF). Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia, UPF menyumbang hingga 42% hingga 58% dari total asupan energi masyarakat. Sementara itu, di negara berkembang seperti Kolombia dan Meksiko, angka tersebut berkisar antara 16% hingga 30%. Di Indonesia, penelitian terkini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi UPF di kalangan pemuda mencapai 21,1% dari total asupan energi harian. Pergeseran pola makan ini menandakan transformasi signifikan dalam budaya konsumsi makanan.

Kendati menawarkan kenyamanan, makanan ultra-proses membawa risiko kesehatan yang serius. Dengan pertanyaan besar yang muncul: apakah kenyamanan instan layak dibayar dengan kesehatan jangka panjang?

(source: istcokphoto)

Apa Sebenarnya Makanan Ultra-Proses Itu?

Makanan ultra-proses didefinisikan sebagai produk hasil industri yang mengandung bahan-bahan yang jarang ditemukan di dapur rumah, seperti pengawet, pewarna sintetis, dan perasa buatan. Contohnya meliputi makanan ringan kemasan, minuman bersoda, makanan beku, hingga daging olahan seperti sosis dan nugget. Produk ini dirancang agar praktis, tahan lama, dan menggugah selera, meski sering kali minim kandungan gizi.

Studi menunjukkan bahwa UPF kaya akan gula tambahan, lemak trans, dan sodium—kombinasi yang berbahaya bagi tubuh. Konsumsi berkepanjangan makanan ini dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, bahkan gangguan kesehatan mental.

Bagaimana Risiko dan Dampak Kesehatan dari Mengonsumsi Makanan Ultra-Proses?

1. Kesehatan Fisik

Penelitian menunjukkan konsumsi UPF yang tinggi meningkatkan risiko obesitas hingga 55% dan diabetes tipe 2 hingga 12%.

Kandungan gula, lemak jenuh, dan sodium yang tinggi dalam UPF meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 50%. Beberapa studi mengaitkan konsumsi UPF dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker kolorektal.

2. Kesehatan Mental

Pola makan yang didominasi UPF meningkatkan risiko gangguan kecemasan hingga 53% dan depresi hingga 22%. Diet rendah gizi yang terkait dengan UPF berkontribusi pada penurunan fungsi kognitif.

(source: istockphoto)

Apa yang Membuat Makanan Ultra-Proses Begitu Populer di Tengah Masyarakat?

1. Praktis dan Efisien

Produk makan UPF sangat mudah untuk diolah dan efisien dalam waktu, sehingga menjadikannya pilihan utama bagi individu sibuk.

2. Harga yang Terjangkau

Produk-produk UPF sering kali memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan bahan makanan segar, sehingga menjadi solusi ekonomis dan sesuai dengan budget bagi banyak keluarga khususnya kalangan menengah.

3. Daya Simpan Lama

Produk makanan UPF dapat memiliki jangka waktu yang lama ketika disimpan dalam mesin pendingin tanpa khawatir basi, sehingga sangat cocok untuk persediaan darurat.

4. Cita Rasa yang Adiktif

Dengan kandungan gula, lemak, dan garam yang tinggi pada produk UPF menciptakan rasa yang memuaskan sekaligus adiktif.

Namun, manfaat ini membawa konsekuensi besar—kualitas gizi yang rendah dan risiko kesehatan yang meningkat.

Bagaimana Kebijakan dan Edukasi yang Dapat Dilakukan untuk Mengubah Kebiasaan Konsumsi Makanan Ultra-Proses?

Mengatasi dampak buruk UPF memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan industri melalui pendekatan strategis yang terintegrasi. Penerapan pajak pada makanan ultra-proses, seperti yang dilakukan di beberapa negara, terbukti efektif mengurangi konsumsi dengan cara meningkatkan harga sehingga produk tersebut menjadi kurang terjangkau. Selain itu, penyediaan label nutrisi yang transparan sangat penting agar konsumen dapat memahami informasi gizi dengan lebih mudah, sehingga mampu membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih makanan. Tidak kalah pentingnya, kampanye kesadaran tentang bahaya makanan ultra-proses harus terus digalakkan untuk membangun pemahaman masyarakat akan pentingnya pola makan sehat sebagai fondasi kesehatan jangka panjang.

Paradoks makanan ultra-proses mencerminkan dilema modern antara kenyamanan dan kesehatan. Makanan ini menawarkan efisiensi, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat secara global. Konsumen perlu mengambil langkah sadar dalam memilih makanan, sementara pembuat kebijakan dan industri memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pola makan sehat.

Kesehatan adalah investasi paling berharga. Kini saatnya berhenti menukar kesehatan demi kenyamanan sementara yang ditawarkan oleh makanan ultra-proses.

Baca juga: Lebih dari Sekadar Makanan: Gizi Seimbang untuk Menjadi Versi Terbaik Dirimu

Source:

  1. Ultra-processed food exposure and adverse health outcomes: umbrella review of epidemiological meta-analyses (2024), BMJ
  2. The Relationship between Ultra-Processed Food Consumption with Diet Quality and Overweight Status in Young Adults (2024), Amerta Nutrition
  3. Ultra-processed foods: what they are and how to identify them (2019), Public Health Nutrition
  4. The delicious Jumbo Turnover of Processed Food – Kompas.id
  5. Ultra-processed food and beverage advertising on Brazilian television by International Network for Food and Obesity/Non-Communicable Diseases Research, Monitoring and Action Support benchmark (2020), Public Health Nutrition

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *