Sugar-Free: Benarkah Lebih Sehat atau Justru Berisiko? 

Sering dijumpai berbagai produk makanan dan minuman masa kini yang menawarkan klaim bebas gula atau sugar-free. Sehingga, didukung dengan berkembangnya teknologi informasi terutama tentang kesehatan, masyarakat menjadi lebih “melek” dan memilih pilihan makanan yang lebih sehat. Namun, dibalik keunggulannya yang meniadakan gula dalam komposisinya, apakah produk ini betul-betul sehat atau justru lebih berbahaya? Inilah kata para ahli!

Produk Sugar-Free

Pernahkah ApleFriends bertanya-tanya tentang produk makanan manis yang berlabel sugar-free? Produk semacam ini sebenarnya tetap mengandung pemanis, tetapi bukan gula, melainkan non-sugar sweeteners (NSS). Pemanis jenis ini mencakup pemanis buatan seperti acesulfame K, aspartam, advantame, siklamat, neotame, sakarin, sukralosa, serta pemanis alami seperti stevia dan turunannya.

Apa Hasil Studi Tentang Pemanis Buatan?

Sebuah penelitian besar dilakukan untuk memahami efek pemanis non-gula pada kesehatan. Para ilmuwan mengumpulkan dan menganalisis 283 penelitian yang ada hingga tahun 2021 untuk melihat apakah pemanis ini berpengaruh terhadap kesehatan, seperti risiko kanker atau perubahan berat badan. 

Hasilnya, tidak ditemukan bukti yang cukup kuat bahwa pemanis non-gula secara signifikan memengaruhi kesehatan dalam jangka panjang, baik pada orang dewasa maupun ibu hamil. Namun, ada satu penelitian pada anak-anak yang menunjukkan bahwa konsumsi pemanis ini dapat sedikit menurunkan kadar lemak tubuh. 

Membantu Menurunkan Berat Badan dalam Jangka Pendek

Berbagai penelitian telah membuktikan beberapa manfaat pemanis non-gula sebagai pengganti gula. Penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek pemanis buatan non-gula dapat membantu menurunkan berat badan dan indeks massa tubuh (IMT), terutama jika digunakan sebagai pengganti gula. Orang yang mengonsumsi pemanis buatan juga cenderung mengurangi asupan kalori mereka, sehingga bisa membantu dalam penurunan berat badan.

Namun…

Meskipun pemanis non-gula memiliki manfaat dalam jangka pendek, beberapa penelitian mengaitkan konsumsi jangka panjang dengan peningkatan risiko penyakit kronis. Penggunaan pemanis ini secara rutin dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan bahkan kematian dini. Meskipun bukti ilmiah tentang risiko ini masih lemah dan memerlukan penelitian lebih lanjut, penting untuk mempertimbangkan konsumsi pemanis ini dengan bijak.

Selain itu, ada studi yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara konsumsi sakarin dengan kanker kandung kemih. Namun, untuk jenis kanker lainnya, belum ditemukan bukti kuat yang menunjukkan adanya risiko yang signifikan.

Apa kata WHO?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis pedoman baru mengenai pemanis non-gula yang merekomendasikan untuk tidak menggunakan pemanis ini dalam upaya mengontrol berat badan atau mengurangi risiko penyakit tidak menular.

Mengganti gula bebas dengan pemanis non-gula tidak membantu dalam mengontrol berat badan dalam jangka panjang. Masyarakat perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi asupan gula bebas, seperti mengonsumsi makanan yang mengandung gula alami, seperti buah, atau memilih makanan dan minuman tanpa pemanis,” ujar Francesco Branca, Direktur WHO untuk Nutrisi dan Keamanan Pangan. “Pemanis non-gula bukanlah komponen esensial dalam pola makan dan tidak memiliki nilai gizi. Masyarakat sebaiknya mengurangi kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis secara keseluruhan sejak usia dini demi meningkatkan kesehatan mereka.”

Rekomendasi Untuk Produk Sugar-Free

Sesuai dengan hasil penelitian, pemanis non-gula mungkin masih bisa menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan gula pasir, terutama dalam jangka pendek. Namun, sesuai anjuran WHO, penting untuk membatasi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan serta lebih mengutamakan makanan alami (real food) yang minim proses pengolahan. Dengan demikian, pola makan yang sehat dan alami tetap menjadi pilihan terbaik untuk kesehatan jangka panjang.

Baca Juga: Bukan Berarti Anti Gula, Kenali Pemanis yang Aman untuk Penderita Diabetes!

Referensi

  1. Executive Summary: Use of non-sugar sweeteners: WHO guideline I National Library of Medicine
  2. Artificial Sweeteners and Risk of Type 2 Diabetes in the Prospective NutriNet-Santé Cohort (2023), Diabetes Care
  3. Health effects of the use of non-sugar sweeteners: a systematic review and meta-analysis I WHO
  4. WHO advises not to use non-sugar sweeteners for weight control in newly released guideline I WHO News

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *